Visits: 71
Haduh hujan, begitu gerutu orang dewasa saat hujan tiba, namun anak-anak justru merespon kebalikannya, akan bersorak gembira untuk segera melepaskan baju dan meninggalkan minim celana untuk berlari-lari di bawah hujan, kadang berebut berdiri di bawah pancuran talang dan bergumul bergulung-gulung di lobang-lobang air.
Memang sebagian dari kita orang dewasa kurang senang kalau tersiram air hujan. Cepat-cepat berlindung, atau mencari alat pelindung, agar baju indah, dan dandanan segala kebesaran kita tidak basah oleh air hujan. Ya, semakin kita berdandan lengkap, semakin menghindari hujan.
Hujan, anugerah surgawi ini dinikmati anak-anak yang kadang membuat para dewasa iri dan rindu. Dan saat ini setelah dewasa, saya dan beberapa teman yang senang bersepeda kembali merasakan anugerah air hujan tersebut sebagai duta rahmat.
Saat melakukan perjalanan sepeda jarak jauh, saat badan sudah panas, air hujan benar-benar menjadi siraman rahmat. Air hujan menjadi sahabat yang menolong, yang memudahkan perjalanan dengan kenyamanan yang luar biasa, membuat perjalanan semakin terasa ringan dan menyenangkan, termasuk mengurangi kemungkinan terjadi kram, karena otot-otot yang panas menjadi lebih dingin karena air hujan…..mungkin lho..aku dewe ra ngerti benere piye…mung rasane pancen ngono.
Puji Tuhan, setelah sekian lama meninggalkan acara hujan-hujanan di waktu kecil, saat dewasa sekarang ini, saya bisa menikmati lagi, karena berkegiatan bersepeda ini.
Juga saat kebetulan terkena air hujan sedikit saat tidak bersepeda, rasa percaya diri bahwa air hujan tidak akan membuat masuk angin seperti sebelumnya, dan percaya diri saja untuk terus berjalan di bawah rintik-rintik menjadi paradigma baru yang bagi saya merupakan anugerah luar biasa.
Saat gowes tour de Padang dua hari, Sabtu 10 Desember dan Minggu 11 Desember 2016, sekitar separuh perjalanan kami lalui dibawah hujan. Ketika hari Pertama, Bangkinang-Payakumbuh, hujan mengguyur kami sejak awal “tanjakan tujuh belas” sampai kami memasuki kota Payakumbuh, sedang di hari kedua saat melalui rute Payakumbuh-Padang, hujan menemani kami sejak memasuki kota Bukittinggi sampai ke Lambah Anai. Hujan ini membuat badan kami lebih nyaman, dibanding dengan gowes di bawah panas terik matahari.
Terima kasih untuk mas Asril yang dengan semangat yang luar biasa sambil bersepeda menggendong kamera besar, terus maju ke depan, berhenti untuk memfoto dengan ciamik, tidak peduli biarpun hari hujan, dan kemudian melaju cepat lagi ke depan untuk memfoto lagi…luar biasa…Foto-foto jepretan di saat hujan memberi lukisan indah. Kabeh foto di sini karya mas Asril..top tenan…
Terima kasih Tuhan atas hujanMu. Terima kasih atas kasihMu, semoga saya makin terus mampu mensyukuri segala ciptaanMu dengan penuh kebebasan, semuanya yang ada di sekelilingku dalam perjalananku.