Visits: 68
Janjian kumpul jam setengah tujuh pagi di bunderan UGM. Karena terlalu semangat, kepagian nyampe di bunderan UGM, dan ketemu suami istri dengan sepeda lipat yang sedang menunggu temannya untuk sepedaan ke Ancol. Mana Ancol itu mas?, tanyaku. Ancol itu adalah hulu dari Selokan Mataram, jawab masnya. Ancol tempat bendungan yang mengalirkan air ke Selokan Mataram, imbuh istrinya. Kapan-kapan coba ach ke Ancol….
Tepat jam setengah tujuh dari arah Selatan mas Rosyid dan Rizka putrinya mucul, dan kami langsung bergerak ke arah jalan Gejayan melalui jalan Kolombo. Lalu lintas masih relatif sepi, karena masih pagi dan di hari Libur, hari Natal. Menyusuri jalan Gejayan, menyeberang ringroad, melewati terminal Condong Catur dan menyusuri jalan terus ke arah Utara, dan berkelak-kelok kiri, kanan, dengan pola yang saya tahu pasti terus mengarah ke Utara dan jalan terus mendaki, meski tidak terlalu ekstrem…nggak terasa kalau naik terus.
Perjalanan melewati perkampungan penduduk, dan persawahan yang disana sini sudah boleng-boleng menjadi rumah pemukiman. Sudah sulit sekali melihat sawah thok thil terbentang luas. Pasti di sana-sini di sela-sela sawah, sudah terdapat rumah pemukiman, meski kadang satu dua saja methungul di tengah persawahan.
Sepanjang jalan, gleger sosok Merapi yang tinggi, lancip menkerucut selalu nampak gagah di kejauhan arah Utara, arah depan kami. Dan semakin lama semakin nampak jelas, termasuk punggungnya yang rimbun oleh pepohonan.
Memang terasa lebih nyaman melewati jalan blusak-blusuk yang berawal dari sisi Timur jalan kaliurang, kemudian menyeberang jalan Kaliurang di sekitar KM 9, dan terus menyusuri jalan-jalan perkampungan dan persawahan di sisi Barat jalan Kaliurang. Tidak pernah kami menemui tanjakan tajam yang memerlukan usaha keras, semuanya tanjakan-tanjakan kecil yang landai-landai dan nyaman.
Perjalanan pagi tadi juga menembus kompleks kampus UII yang asri, terus mengarah ke Utara sampai tembus ke jalan Pakem-Turi, dan belok ke kanan ke arah jalan Kaliurang, dan sebelum sampai di jalan Kaliurang, langsung terlihat banyak sepeda-sepeda bergeletakan di sisi kiri dan kanan jalan, dengan para pengendaranya duduk-duduk di trotoar jalan sambil memegang gelas teh, dan piring berisi jajanan-jajanan. Ini adalah tempat pemberhentian favorite para goweser di Pakem, namanya Warung Ijo.
Warung ijo sangat sederhana, hanya satu tempat kira-kira berukuran lima kali dua meter di pinggir jalan. Lebih tepatnya njeglong di bawah permukaan jalan, dengan satu meja besar berisi bermacam makanan, jajanan pasar dan satu meja kecil dengan ceret teh, dan gelas-gelas yang sudah diisi teh manis panas. Di dekat meja, tersedia beberapa tempat duduk, yang pasti tidak mampu menampung jmulah pengunjungnya.
Ambil segelas teh, ambil piring dan pilih-pilih jajanan yang diinginkan, ada arem-arem, bakmi, tahu bacem, lumpia dan beragam makanan lain. Gelas dan piring di bawa keluar, nongkrong di trotoar menikmati sedapnya teh manis di pagi hari. Dan kami bertiga akhirnya menghabiskan enam gelas teh.
Perjalanan pulang ke Yogya ditempuh dengan sangat cepat dan nyaman. Hampir tidak diperlukan tenaga untuk nggenjot sepeda, karena jalanan terus menurun, njonrok, mulai dari Pakem sampai ke simpang ringroad. Terus waspada, dan sesekali melakukan pengereman, agar kecepatan sepeda terus bisa terkontrol. Kami terus melaju turun, termasuk melewati Gereja Katholik Pakem dan Seminari Kentungan yang pagi itu ramai dengan kegiatan misa natal.
Di perempatan Jakal dan Ringroad kami berpisah. Mas Rosyid dan Rizka terus lurus ke arah Jalan Kaliurang, dan saya berbelok ke kanan, kemudian belok ke kirim masuk Jalan Pandega Marta Raya untuk kembali pulang ke rumah.
Terima kasih mbak Rizka dan mas Rosyid, yang telah menemani gowes pagi ke Pakem. Mbak Rizka top, hapal jalan yang belak-belok nggak karuan tanpa ada pola yang jelas. Menurutku nggak berpola ho yaaa..kalau menurut yang hapal, pasti sudah berpola, lha wong nyatanya mbak Rizka selalu menunjukkan jalan dengan tepat dan benar belok kiri-kanannya tanpa sekalipun pernah keblasuk dengan begitu banyaknya perbelokan. Mas Rosyid, matur nuwun telah njajakke di warung Ijo.