Views: 61
Sabtu pagi ini sudah ada rencana sepedaan bersama. Kemarin sudah confirm 3 orang, mas Adi Sarjono, mas Akson dan aku, karena teman-teman yang lain kebetulan pas ada jadwal monthly tournament golf. Sayang pagi ini hujan lebat sejak malam. Hari masih hujan, namun di BBM sudah mulai komunikasi saling menyemangati untuk tetap optimis bisa bersepeda bersama pagi ini. Hari masih hujan, namun tetap saling menyemangati untuk tetap mempersiapkan diri untuk bisa bersepedaan bersama pagi ini.
Sampai jam tujuh pagi, jam janjian untuk sepedaan gerimis masih rintik-tintik, namun kami bertiga memutuskan “Ayo berangkat menembus hujan” dengan harapan hujan akan segera reda, dan kami sepakat untuk melintas jalan-jalan yang beraspal agar tidak terperosok di tanah becek akibat hujan, dan diputuskan akan melalui rute ke Okura, daerah di Timur wilayah Rumbai. Perjalanan dimulai dari rumah mas Adi Sarjono, di Kenari, keluar camp menuju ke jalan Sembilang dan belok kiri masuk ke Jalan Limbungan, dan menembus jalan ke Okura.
Ternyata sepanjang perjalanan lebih banyak dihiasi hujan yang tidak kunjung reda, bahkan malah lumayan melebat. Dan ajaibnya, meskipun kondisi menjadi lebih berat akibat curah hujan, namun semangat bertiga tambah luar biasa untuk mencapai Ujung Jalan Okura yang berjarak 20 km lebih sedikit sampai ke jembatan yang putus, setelah sebentar beristirahat di kebon buah Naga. Selain hujan yang sedikit membuat berat, dan baju dan celana yang basah kuyup, hal-hal lain sangat nikmat menembus hujan kepagian di sepanjang jalan ini. Hawa sejuk, nyaman, bersih dari asap dan sangat menantang.
Dari ujung Jalan Okura, kami kembali menyusuri jalan yang sama, dan sampai simpang Jalan antara Jalan Pramuka dan Limbungan, kami memilih jalur yang lebih menantang yang ke arah Danau Limbungan instead of menyusur jalur berangkat melalui Limbungan. Saya pikir luar biasa, dalam kondisi hujan lumayan deras, dan sudah mengayuh sepeda sekitar 30 km, kami masih tertantang untuk memilih jalur yang lebih berat, yang akan melewati beberapa tanjakan tajam, di perjalanan pulang menuju ke tempat makan di Niki Echo, menikmati Mie Thoprak dan kuah pangsit.
Luar biasa saya merasakan pentingnya semangat dan komitmen pribadi untuk melakukan sesuatu. Pagi hari hujan di saat libur hari Sabtu, adalah waktu yang paling nikmat untuk terus melanjutkan tidur, dan ternyata kami memilih untuk bangun dan menembus hujan. BBM sebagai alat bantu komunikasi juga sangat membantu satu sama lain untuk saling menyemangati, untuk bangkit dan meninggalkan zone nyaman tempat tidur.
Saat sepanjang jalan dengan basah kuyup menembus pagi, semangat dan kekuatan bertiga luar biasa mengagumkan. Jauh dari rasa capek, dan sulit dipercaya. Inilah kekuatan ajaib yang tercipta dari perpaduan semangat bertiga untuk bersama mewujudkan keinginan. Jadi ingat ilmu Pancawara ciptaaan Kyai Kasan Kesambi dalam buku Benda Mataram,yang menceritakan tentang ilmu yang memadukan lima unsur kekuatan alam,manakala dilakukan oleh dua orang, akan merupakan tenaga gabungan sekuat empat orang sakti. Manakala ditambah seorang lagi, menjadi enam belas tenaga sakti. Ditambahkan seorang lagi, menjadi tiga puluh dua tenaga sakti. Dan apabila lima orang maju berbareng, merupakan tenaga gabungan dari enam puluh empat orang sakti. Samalah kekuatannya dengan 10 ekor gajah.
Dan saya merasakan pagi ini, keinginan yang kuat dan komitmen pribadi, dan bersama teman yang sehati dan secita untuk mewujutkan sesuatu, akan mewujutkan gabungan tenaga yang luar biasa. Pagi ini, ditengah hujan sepanjang jalan, kami menempuh lebih dari 40 km bersepeda dengan kecepatan relatif tinggi. Terima kasih mas Adi Sarjono dan mas Akson.
http://www.endomondo.com/embed/workouts?w=lqpTZlhb4hM&width=950&height=600