Visits: 81
Kulon Progo memang cantik, dan terlebih perbukitan Menoreh. Kaya dengan kisah misteri yang terwariskan turun temurun, mulai dari kisah Api Di Bukit Menoreh, sampai kisah Gua Maria Lawangsih, yang merupakan tempat peziarahan yang menawan. Menarik untuk dikunjungi, bukan saja karena gua alamnya yang cantik, namun juga sepanjang perjalanannya menuju ke lokasi Lawangsih, yang akan selalu memiliki kisah tersendiri, ketika mendaki dengan sepeda sampai ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut.
Jarak dari Gria Gowes di Yogya memang tidak terlalu jauh, kurang dari 40 km, namun tanjakan-tanjakan yang seakan tiada habisnya mulai KM ke 23. Tanjakan-tanjakan dari elevai sekitar 100 mdpl sampai sekitar 800 mdpl dengan jarak sekitar 12 km sampai ke Lawangsih memberikan sensasi tersendiri, melet-melet diatas sadel sepeda, termasuk melalui tanjakan Bibis yang sangat terkenal karena panjang dan kemiringannya. Seingat saya tiga kali sudah saya melalui tanjakan Bibis, dan belum sekalipun mampu terus duduk di atas sadel sampai di pinggir Pohon Beringin Bibis yang teduh. Selalu saja, perlu waktu untuk istirahat di pertengahan tanjakan plus menuntun sepeda sampai mencapai di lokasi pohon beringin tersebut.
Menurut beberapa referensi di Internet, Lawangsih memiliki sejarah yang menarik, kata Lawang berarti pintu, gapura atau gerbang. Sedangkan kata sih (asih) berarti berkat, rahmat. Secara rohani, Lawangsih menggambarkan peran unda Maria sebagai pintu berkat yang penuh kasih bagi kita.
Jalan menuju ke Lawangsih sama dengan jalan yang pernah kami lalui ketika menuju ke Gua Kiskendo. Dari Gria Gowes Nandan Monjali, kami menyusuri ring road Utara dan Ring Road Barat, dan masuk ke Jalan Godelan, terus lurus ke Barat, melalui Godean, masih terus lurus menyeberang Sungai Progo, dan terus lurus melintas jalan Nanggulan.
Selepas simpang jalan Nanggulan, pemandangan persawahan yang asri dengan latar belakang bukit Menoreh segera kami nikmati. Kami biasa istirahat sebentar di tepi sawah, minum teh dari warung di sisi Selatan jalan, sebelum melanjutkan perjalanan untuk memulai pendakian.
Jalan terus mendaki, di jalan yang masih sepi, meski sesekali ada juga sepeda motor dan mobil yang meraung-raung melintas. Jalan lumayan teduh, dan pemandangan perbukitan Menoreh yang khas terus kami nikmati di sisi kiri dan kanan jalan, sambil mendengarkan nafas ngos-ngosan masing-masing
Jalan pisah antara tujuan Lawangsih dan Kiskendo berada di pertigaan besar sekitar 3 km dari Kiskendo. Untuk menuju ke Lawangsih kita ambil jalur belok ke kanan, dan petunjuknya sangat jelas, sehingga sulit rasanya untuk “keblasuk”.