Visits: 31
Laksana granat engkau hadir meramaikan persada bumi pertiwi dalam Pilkada Gurnurnur DKI kali ini, dengan banyak kebedaanmu, engkau membuat sainganmu terkesan kebingungan menghadapimu. Kata-katamu yang keluar sederhana di telinga, hal-hal yang biasa, yang sebenarnya dimengerti banyak orang, namun jarang terkatakan, karena orang lebih suka memilih kata-kata yang menawan jauh di awang-awang. Kata-katamu membumi mengatakan makna-makna yang akan dikau laksanakan, dan akan nyata menampakkan hasil.
Kelakuanmu sering terlalu baik, sehingga kadang orang mencurigaimu munafik dan memerankan peran Bollywood yang memeras air mata rakyat, mengundang simpati dan mempopulerkanmu. Dengan keramahanmu kepada siapapun yang engkau temui, dengan kebaikanmu menyambut para pemudik di terminal Tirtonadi Solo di pagi hari, dengan mengalungkan bunga pada mereka orang sederhana, dan membagikan sarapan pagimu. Engkau tidak takut orang menganggapmu menaikkan citra, atau berkampanye, karena engkau memang melakukan itu dengan sepenuh hatimu.
Melihat kondisi fisikmu yang kecil, kurus, kurang meyakinkan, namun engkau seperti nuklir, yang kecil namun memilik energi yang hebat luar biasa. Tanpa lelah engkau bekerja dan berbicara, tanpa henti engkau terus menyebarkan energi positif untuk menyulut banyak orang berkarya memajukan bangsa.
Engkau contoh hidup teori pemimpin idial berkarakter, yang mengatakan apa yang kamu kerjakan dan mengerjakan apa yang kamu katakan, walk the talk. Apa yang kamu lakukan adalah apa yang benar-benar ada di dalam hati dan pikiranmu, dan semua keluar dengan natural, wajar, apa adanya dan menawan.
Aku melihatmu di televisi, ketika engkau berteleconference dengan orang yang baru saja mengatakan hal yang keliru tentang ibumu, orang yang sangat engkau hormati dan sayangi. Dan engkau benar-benar santai, relaks, tanpa sedikitpun terlihat memendam rasa marah, apalagi dendam. Bahkan dengan jujur engkau membenarkan bahwa engkau mengidolakannya, dan engkaupun mampu dengan baik menyanyikan potongan lagu ciptaannya, dan dengan sangat menyejukkan, engkau memaafkannya, dengan kata-kata yang sedikitpun tidak ingin memojokkannya. Aku yakin, hal itu hanya mampu engkau lakukan, dikala pikiran dan hatimu memiliki maaf yang sama dengan apa yang telah engkau katakan. Luar biasa, aku iri melihat kehebatanmu dalam memaafkan. Semoga aku bisa menirumu.
Ada beberapa rekaman di kepalaku yang berhasil kuputar balik, kembali ke hampir 30 tahun yang lalu, ketika kita tinggal di satu rumah yang sama, dan tidak pernah bertemu ataupun berkomunikasi lagi sejak saat itu. Aku masih ingat dengan kesederhanaamu, dengan sepeda motormu yang bukan ukuran bagus saat itu, dengan keluwesanmu bergaul bersama teman-teman satu kost, omong-mong, main kartu truf di meja ruang tamu di depan kamar kita, dan ke konsistenanmu setiap sore selalu mandi, berdandan rapi dengan sarung dan sisiran rambutmu yang sangat klimis, untuk segera masuk kamar sholat magrib ketika adzan magrib memanggil. Hal yang sangat biasa waktu itu, namun bagiku menjadi hal yang luar biasa kurasakan saat ini, kala melihatmu begitu hebat dengan kesederhanaanmu untuk berusaha memberikan yang terbaik bagi masyarakat luas. Memang ada satu hal yang “luar biasa” saat itu, dimana dikau hampir tak pernah punya baju kotor yang menumpuk, karena setiap kali mandi, dikau memilih mandi di kamar mandi belakang, sambil langsung mencuci baju kotormu, dan juga sering bawa-bawa buku kuliah ketika akan mengambil makan di dapur…..
Selamat berkarya kawan, semoga Tuhan senantiasa menolongmu.