Views: 73
Maria adalah satu pelaku ciptaan Tuhan yang istimewa bagiku, yang dengan sangat jelas dan nyata memberiku cermin, contoh dan teladan bagaimana dengan penuh kepasrahan dan apa adanya menerima apapun yang Tuhan sampaikan, berikan dan tuntut dari dirinya.
Maria sangat pasrah dan sabar. Perjalanan Maria sesudah menerima kabar gembira sebagai calon Ibu Yesus, begitu berlawanan dengan akal pikiran manusia sewajarnya. Sesudah menerima kabar yang begitu membahagiakan sebagai Ibu Yesus, yang tentunya seturut akal pikiran manusia, Maria akan menjadi ibu seorang raja yang gagah perkasa dan agung, yang akan menyelamatkan umat manusia dari kemiskinan dan kelaliman dunia, namun justru hal-hal yang berlawanan dari perkiraan itu yang senyatanya dialaminya.
Maria mengalami peristiwa-peristiwa luar biasa mulai dari pengalaman sebagai calon ibu yang tersia-sia berpindah-pindah tempat menghindari ancaman raja Herodes, penguasa saat itu, kemudian menerima kenyataan ditolak oleh orang-orang untuk sekedar singgah bermalam agar bisa melahirkan Sang bayi di bawah atap dan diantara dinding rapat yang hangat, dan akhirnya harus menerima kenyataan melahirkan sang Putra di kandang domba, dengan ditemani para gembala dan bintang-bintang di langit, melihat bayi yang begitu lemah di lingkungan yang begitu sederhana…..Saat itu kubayangkan, akal pikiran manusia Maria begitu berkecamuk dengan keanekaragaman pikiran yang berbaur antara janji Tuhan sebagai Ibu Yesus, ibu raja yang menurut ukuran pikiran manusia seperti kebesaran kelahiran seorang pangeran dan kenyataan kesederhanaan bayi yang baru saja dilahirkannya dengan cara dan situasi yang sangat jauh dari ukuran kebesaran kelahiran seorang pangeran.
Peristiwa-peristiwa hidup Maria kian menuntut kepasrahan Maria, bukan sekedar kepasrahan pasif yang hanya menerima, namun suatu bentuk kepasrahan aktif untuk mewujudkan janji Tuhan. Bagaimana Maria secara tegas, berani dan tanpa ragu meminta Yesus untuk memulai karyanya di pesta perkawinan untuk menolong si tuan rumah pesta yang kekurangan anggur. Dan dengan sangat anggun dan tanpa ragu Maria meminta kepada para pelayan untuk menuruti apapun yang Yesus sampaikan. Bukti kekuatan Maria dalam mengajak orang lain untuk secara aktif berpasrah kepada Tuhan. Kepasrahan aktif yang lebih dari sekedar pasrah pasif, diam menanti.
Pasrah adalah kata sangat sederhana, sangat mudah diucapkan, mudah dilakukan sebatas kulitnya dan pada saat tertentu saja. Namun pasrah yang seutuhnya setiap saat, benar-benar sesuatu yang sangat tidak gampang dilakukan tanpa disertai iman dan rasa ketidakberdayaan dihadapan Tuhan. Rasa mengakui keagungan Sang Pencipta yang besar, agung dan tak tertandingi.
Pendakian kepasrahan Maria mendekati puncaknya saat menyaksikan Sang Putra, Anak Allah yang dijanjikan Tuhan,……..disiksa..didera..dipukul…dan dihinakan di kayu salib…dan puncak kepasrahan Maria terjadi saat menerima Sang Putra, anak kesayangannya, yang telah mati, dipangkuannya. Saya membayangkan perasaan manusia Maria pada saat itu……………. kosong, hening, habis tuntas segalanya tanpa mendapatkan apapun dan tanpa bisa mengharapkan apapun juga.
Janji Allah yang begitu indah diingatnya, dirasakan kosong saat itu, sangat bertentangan antara janji Tuhan sebagai Ibu Yesus dan kenyataan memangku anak kesayangannya yang mati di kayu salib. Namun kekosongan itu tidak membelokkan kepasrahan Maria. Saat kosong melompong tanpa dapat lagi memikirkan apapun sesuai batas kemampuan akal pikiran manusia Maria, saat itu kubayangkan Maria mencapai puncak kepasrahannya yang indah. Saat terindah dan saat paling bermakna dalam hidupnya dan kehidupan manusia selanjutnya, karena segala akal pikiran, kemampuan manusiawinya menjadi sepi, menjadi kosong, dan lebur menjadi satu dengan seluruh rasa cintanya kepada Tuhan.
Saat diam sediam-diamnya, saat kosong sekosong-kosongnya dalam kepasrahan yang memuncak, yang memberikan tempat yang leluasa bagi hadirnya Tuhan secara sepenuhnya dalam diri Maria. Saat hening, sejuk saat Maria menerima Tuhan secara utuh di dalam dirinya. Dan itu harus terjadi di kaki salib Putranya, Saat Maria memberikan sehabis-habisnya seluruh dirinya dalam kepasrahan.
Bagiku pribadi, paling sedikit ada tiga teladan yang kuharapkan selau bisa kucontoh dari Maria, yaitu:
- Senantiasa bersuka cita dalam siatuasi apa saja agar tetap berada di dalam Tuhan
- Senantiasa berdoa dalam untung dan malang, dan
- Senantiasa mengucap syukur dalam segala hal
Maria idolaku, aku ingin selalu meneladani kepasrahanmu dalam bimbingan Yesus putramu.
[soundcloud params=”auto_play=true” url=”http://api.soundcloud.com/tracks/21076501″]