Views: 84
Tanjakan Kaligatuk memang hanya tiga kilometer, namun dari elevasi sekitar 80m ke elevasi 245m, menjadi pengalaman yang menyenangkan. Dan tentunya suguhan panorama sepanjang perjalanan itu, termasuk saat jalan menurun, sangat perlu dijalani oleh para pesepeda penggemar foto-foto di perjalanannya.
Kaligatuk. Satu nama yang bagi saya sampai sekarang belum saya pahami apa artinya. Bayangan saya ini satu lokasi dua sungai bertemu..tapi koq saya belum lihat, dimana adanya dua sungai bertemu itu.
Seingat saya, sampai hari ini sudah tiga kali saya melewati rute itu. Pertama lewat beberapa tahun lalu dari Sisi Selatan, setelah turun dari Tanjakan Cinomati, saat jalan masih belum sebagus sekarang. Dua pejalanan terakhir kami lalui dari sisi Utara yang hanya berselang 2 minggu jaraknya.
Ya, dua minggu yang lalu kami melalui jalan ini. Sesi foto dan video memang sudah kami lakukan juga. Namun setelah menyelesaikan gowes itu, kami merasa banyak titk yang bisa diexplore lebih banyak untuk kegiatan foto dan video. Maka kami sepakat untuk mengulang gowes jalur ini , dengan lebih fokus untuk berfoto dan bervidio di sepanjang rutenya. Jadilah hari itu bersama beberapa teman, dr Har, mas Indul yang paling tahu jalan di daerah itu, dan mas Luddy. Kami berempat dua minggu lalu sudah menjalani rute ini. Dan hari itu bergabung mas Anas, mas Iwan pak Sukamto, mbak Tiar dan dijalan ketemu mbak Noer Chasanah yang bergabung di awal, dan kemudian nggeblas sendiri. Mungkin karena tidak tahan dengan kami yang banyak berhenti foto-fotoan, video-videoan….. 🙂
Bagi pesepeda yang berangkat dari Yogya, jalur yang bisa ditempuh menuju lokasi ini adalah dari jalan Wonosari. Kira-kira 8km dari perempatan Ringroad Timur dan Jalan Wonosari ke arah Timur menuju Wonosari, kita belok kanan ke arah Selatan, masuk ke Jalan Sutra. Jalan ini terletak sesudah simpang jalan Piyungan Berbah, sebelum simpang jalan Piyunngan Prambanan.
Segera setelah belok di jalan Sutra itu, panorama sawah dengan latar belakang perbukitan sangat indah untuk dinikmati. Apalagi kalau padinya sudah menghijau, atau menguning….Paduan sawah dan bukit dan samar-samar terlihat jalan raya Patuk di atas bukit memberikan paduan pemandangan yang enak dinimati. Perjalanan datar yang indah itu hanya sekitar 2km, dan sampailah pada awal tanjakan.
Tanjakan-tanjakan lumayan tajam dan tentunya sangat menyenangkan bagi penggemar sepeda yang memang suka jalan nanjak-nanjak. Tanjakan tajam, namun pendek-pendek, dan total jarak tanjakan ini hanya sekitar 3km. Pendek…dan menyenangkan semua.
Setelah tanjakan, akan segera disambut turunan sepanjang 5km, dengan sedikit gundukan-gundukan kecil sebagai variasi.
Semua jalan sangat mulus, lengkap dengan garis pembatas putih yang masih baru yang menambah eksostik tampilannya. Apalah sehabis turun hujan, dengan warna hitam aspal dan sedikit warna putih seperti asap di permukaannya.
Keistimewaan jalan di Kaligatuk ini adalah tikungan-tikungan yang meliuk-liku di persawahan, yang dibeberapa titik bisa memberikan panorama jalan yang meliuk-liuk dengan baris putih di tengahnya yang memotong persawahan. Sangat indah di lihat secara menyeluruh. Perlu bantuan fotografer yang jeli untuk melihat titik-titik menarik itu.
Satu tempat yang paling istimewa adalah di tikungan yang membentuk huruf U yang dari satu lokasi di ujung bawah huruf U bisa melihat keseluruhan bentuk huruf U itu dengan apik. Memang perlu sedikit perjuangan dan niat serta kemauan untuk bisa mengabadikan lokasi ini. Beruntung salah satu teman kami, dr Hariyanta berkenan nyebur sawah, memanjat pematang untuk mencapai titik yang pas untuk bisa memfoto dan memvideo di lokasi ini.
Jika ingin cepat kembali ke Yogya, bisa langsung menuju jalan Plered dan kembali ke Jalan Wonosari atau ke Ringroad Selatan. Namun dalam dua kali perjalanan ke Kaligatuk kami memilih terus menyusuri sungai Opak melalui Sindet, dan tembus jalan Imogiri Timur, langsung ke Sate Pak Marsono di Jalan Imogiri Timur.
Selamat gowes menikmati Kaligatuk