Views: 155
Siap-siap untuk tanjakan tajam dan panjang yaaaa. Itu yang terngiang di kepala ketika ajakan gowes ke Gua Kiskendo di iyakan oleh beberapa teman minggu lalu sebagai kegiatan gowes tahun baru imleks 2568 ini. Dan nama Tanjakan Bibis yang disebut-sebut sebagai tanjakan yang paling ditunggu-tunggu. Memang tanjakan Bibis luar biasa, memunculkan banyak kegembiraan dalam perjalanan kami melaluinya.
Analisa Rute
Perjalanan dari rumah di Gria Gowes Nandan sampai ke Watu Murah sekitar 22 km menjadi ajang pemanasan yang indah sebelum memasuki daerah menanjak sampai puncak Lanang yang berjarak sekitar 8km.
Dari gambaran elevasi di Google Earth, dapat kita lihat bahwa tantangan tanjakan yang menyenangkan hanya berjarak sekitar 8 km dari Watu Murah sampai Puncak Lanang, dengan Elevation Gain/Loss:763m/-125m, Max slope=35.9% dan Average Slop 10.5%.
Monjali-Kenteng
Seperti biasa jika janjian dengan dr. Hariyanta, hampir bisa dipastikan tepat waktu. Jam 05:3 pagi kami berangkat dari perempatan Monjali menyusuri ringroad, dan bertemu dengan mas Sapto dan mas Anas yang sudah menunggu di tepi ringroad, dan bersama meluncur menuju perempatan jalan Godean.
Kami berempat belok kanan di perempatan Godean, masuk jalan Godean yang masih sepi, dan setelah menyeberang jembatan kali Progo, kami tiba di Perempatan Kenteng yang berjarak 22 km, kami tempuh sekitar 1 jam . Seteah beristirahat sebentar memompa ban, kami meneruskan perjalanan.
Kenteng-Watu Murah
Pemandangan sawah dilatarbelakangi bukit Menoreh yang hijau langsung tersaji di depan kami. Tanjakan pertama yang saya kiri sudah mulai naik bukit, ternyata hanya tanjakan yang relatif kecil dari keseluruhan tanjakan-tanjakan yang akan kami nikmati hari ini.
Sesudah berjalan sekitar 2.5 km, kami tiba di pertigaan jalan, yang jika ke kanan akan menuju ke Samigaluh. Kami berhenti di warung di kiri jalan sambil menikmati teh manis panas sambil berfoto-foto di jalan yang berlatar belakang bukit Menoreh yang akan kami lalui nanti.
Foto-foto lain dari gowes Gua Kiskendo dapat dilihat di google photo
Di kejauhan di punggung bukit yang tinggi, kami bisa melihat jalan aspal yang tajam mendaki, dan jalan itu yang akan kami lalui nanti. Tempat kami istirahat ini menurut informasi pemilik warung dikenal dengan nama Watu Murah
Watu Murah-Kiskendo
Nah, pendakian yang menyenangkan kami mulai dari Watu Murah ini. Di atas sepeda kami mengayuh, dengan gigi depan paling kecil, dan gigi belakang paling besar, kami kayuh dengan kecepatan yang sangat kecil. Saya perhatikan kecepatan di sekitar 4 km/jam, kadang 3.7km/jam, bahkan kadang spedo meter di stang menunjukkan 0, meski saya masih di atas sadel sepeda dan masih mengayuh dengan sabar.
Jarak total dari Watu Murah-Gua Kiskendo ternyata “hanya” sekitar 9 km. Ya hanya 9 km, namun menjadi sembilan kilometer, namun dengan beda elevasi lebih dari 500m, sehingga menjadi jalan penuh perjuangan dan banyak cerita.
Jalan yang berliku-liku menyusuri punggung bukit Menoreh, seakan seperti rangkulan tangan yang memeluk bukit-bukit kecil, untuk terus menembus keseluruhan bukit di depan kami. Jalan berliku seperti membentuk huruf S, yang selalu muncul tanjakan lain di balik kelokan S, meski kami mengharapkan jalan datar.
Ketika saya merasa sudah mengayuh sepeda dengan ngos-ngosan, dan merasa sudah cukup lama mengayuh, namun ketika melihat ke spedo meter, ternyata baru berjalan nggak sampai dua kilometer dari Watu Murah tempat kami istirahat tadi. Sabar-sabar.
Istirahat di beberapa titik kami lakukan, termasuk istirahat tiduran di tepi jalan, sambil merasakan nikmatnya udara pagi yang sejuk sambil tiduran di atas aspal. Dan puncak dari “siksaan kenikmatan” ini terjadi di tanjakan yang sudah kami tunggu-tunggu, yaitu tanjakan Bibis.
Dan hari ini menjadi hari bersejarah bagi saya, melihat semua teman perjalanan seperti saya, menuntun sepeda rame-rame di segmen jalan yang cukup panjang sampai di puncak tanjakan Bibis yang ada pohon beringin besar di kiri tikungan jalan. Sejenak kami kembali beristirahat di pinggir jalan di depan pohon beringin yang kebetulan tersedia lincak bambu.
Ternyata proses “memolo” diri sendiri di pagi ini belum berakhir sampai disini, tanjakan-tanjakan masih terus ada di depan kami. Kembali kami beristirahat di warung baru di pinggir jalan, di depan lembah yang indah.
Sesudah menikmati sajian teh manis, pisang goreng, tahu isi dan bakpao kecil, kami melanjutkan perjalanan kembali, yang kata mas-e pemilik warung, jalan masih akan terus menanjak, meskipun tidak akan setajam dan sepanjang tanjakan-tanjakan yang sudah kami lalui tadi.
Puncak tanjakan perjalanan ke Gua Kisdendo adalah di sekitar 2 km dari Gua Kisendo, yang disebut Puncak Lanang di ketinggian 723m. Nikmat jalan menurun yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba selepas Puncak Lanang ini, meskipun kami nikmati dengan rasa was-was, semoga jangan terlalu banyak dan curam menurunnya, karena nanti harus kami lewati lagi sebagai jalan pulang.
Tempat wisata Gua Kiskendo sudah rapi di pintu gerbangnya, tersedia gapura, tempat parkir motor dan mobil, serta beberapa warung kecil serta toilet. Beberapa saat kami beristirahat di warung di pintu gerbang Gua Kiskendo ini menikmati degan dengan gula aren serta tempe goreng tepung yang uenakkk.
Perjalanan kembali ke Yogyakarta
Dua kilometer pertama selepas Gua Kiskendo, jalan mendaki menuju puncak Lanang, kami tempuh dengan hati gembira, karena kami tahu bahwa jarak tidak begitu jauh an tanjakannya tidak tajam, meski lumayan juga.
Nah, dari puncak Lanang ini kami benar-benar menikmati jalan menurun dengan penuh konsentrasi.Rem terus saya gunakan. Dan ketika jalan menurun, saya baru menyadari ternyata memang tajam dan panjang tanjakan-tanjakan yang kami lewati tadi pagi. Pantas kami banyak perlu istirahat dan nuntun juga.
Ada sedikit masalah dengan rantai sepeda saya, namun sangat beruntung terjadi di tempat yang dekat dengan bengkel motor yang cekatan bisa memperbaiki rantai saya meskipun kelihatan belum pernah melakukannya.
Jalan terus menurun melewati tempat-tempat kami beristirahat tadi, termasuk melewati Watu Murah, dan sampai perempatan Kenteng.
Makan siang hari ini kami lakukan di warung sate kambing Timur jembatan Sungai Progo, yang memulihkan tenaga kami, menjadi bekal tenaga perjalanan balik ke rumah masing-masing.
Terima kasih mas Anas, mas Sapto dan dr. Har…menyenangkan……. Foto-foto lain dari gowes Gua Kiskendo dapat dilihat di google photo