Views: 95
Hotel Mangkuto Payakumbuh sudah menggeliat di pagi itu, Minggu 11 Desember 2016. Suara-suara air gemericik guyuran mandi, kluthak-kluthik suara persiapan setting sepeda, dan geguyonan di sarapan, telah menghiasi pagi. Tempat makan hotel ini sangat istimewa, terpencil dan perlu berjalan sekitar 15meter melewati lorong di belakang hotel ke tengah kolam.
Setelah kemarin gowes Bangkinang-Kelok Sembilan-Payakumbuh, dan tidur nyenyak semalam, hari ini kami akan melanjutkan perjalanan gowes dari Kota Payakumbuh ke Bukittinggi, Padang Panjang, Lembah Anai, Kayu Tanam dan akan menyelesaikan perjalanan di Padang dengan jarak sekitar 130km.
Rute hari ini akan relatif lebih ringan meskipun jarak lebih jauh dibanding rute kemarin, karena dari gambaran kontur jalan yang diberikan mas Yudy, hanya akan ada sedikit tanjakan dari Payakumbuh ke Bukittinggi, dan selebihnya akan berupa jalan menurun dan datar di etappe terakhir menuju kota Padang.
Mobil pengangkut tas sudah datang, dan segera sesudah memasukkan tas-tas kami ke dalam mobil pengangkut, kami berjalan di kegelapan pagi menuju ke tugu Adipura Payakumbuh tempat berkumpul pagi ini
Etappe 1 Taman Hotel Mangkuto-Jam Gadang Bukittinggi
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 515 mdpl ke 960 mdpl
- Jarak: 37 km
Mas Yudy dan beberapa teman PRC serta teman-teman dari komunitas sepeda Payakumbuh sudah siap di tugu Adipura saat kami tiba. Setelah briefing sejenak diberi gambaran rute hari ini, kami segera berangkat meninggalkan Payakumbuh.
Perjalanan hari ini akan lebih banyak diisi dengan kegiatan wisata kuliner. Jalur akan menanjak terus sampai Bukittinggi, meskipun tidak setajam tanjakan-tanjakan hari kemarin, dan kemudian akan turun tanjam sampai Lembah Anai, dan datar terus sampai Padang.
Rombongan SEEC pagi itu berangkat lebih dahulu dipimpin dan dikawal oleh beberapa teman dari PRC, dan dibelakang akan menyusul rombongan WCC, KGB, PRC dan beberapa teman tambahan dari komunitas pesepeda Payakumbuh.
Perjalanan keluar dari Payakumbuh langsung disambut dengan tanjakan-tanjakan kecil dan pemandangan yang bagus sepanjang jalan, dan terus semakin indah mendekati Bukittinggi.
Di sepanjang perjalanan kami banyak melakukan foto-foto saat melihat obyek yang indah dan unik. Mas Asril masih terus menjadi tumpuan harapan, yang sangat bisa diandalkan dalam melakukan pemotretan. Sangat semangat dan konsisten bersepeda sambil membawa kamera yang cukup berat. Terus ngebut ke depan, berhenti di lokasi yang menarik untuk foto, melakukan sesi-sesi pemotretan, dan ngebut lagi….
Jalan menuju Bukittinggi agak ramai, dan hujan rintik-rintik mulai menemani perjalanan kami sampai di Bukittinggi.
Etappe 2 Bukittinggi-Padang Panjang
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 960 mdpl ke 655 mdpl
- Jarak: 20 km
Mengenal Jam Gadang Bukittinggi (dari berbagai Sumber termasuk dari wikipedia)
Jam Gadang, yang dalam bahasa Minang berarti Jam besar adalah sebuah bangunan yang memiliki hiasan jam di keempat sisinya. Jam Gadang ini selesai dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, controleur Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Yazid Rajo Mangkuto, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.
Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong besar untuk ukuran waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi.
Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa pendudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda. Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.
Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Renovasi tersebut diresmikan tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262 pada tanggal 22 Desember 2010
Agak lama kami menikmati jam gadang Bukittinggi hingga hujan lebat tiba, dan kami minum di RM Sederhana sebelum melanjutkan perjalanan menuju Padang Panjang, masih dalam kondisi hujan.
Jalur ini sangat ramai, terutama saat keluar dari kota Bukittinggi sampai Padang Luar. Pasar di pinggir jalan dan angkutan umum luar biasa memacetkan jalan raya. Saya yakin sebenarnya hal ini bisa diatur lebih baik, sehingga jalur jalan utama bisa menjadi lebih lancar.
Etape ke dua ini kami jalani dalam kondisi hujan lebat, dan kami selesaikan di Sate Mak Syukur yang mak nyuuuus
Etappe 3 Padang Panjang-Lembah Anai
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 655 mdpl ke 236 mdpl
- Jarak: 10 km
Perjalanan berlanjut menuju Lembah Anai, dengan turunan-turunan tajam, masih dalam guyuran hujan, sehingga kami melaluinya dengan ekstra hati-hati. Kebetulan beberapa bagian jalan sedikit agak rusak karena gerusan air.
Pemandangan di kiri dan kanan jalan sangat memukau berganti-ganti antara sungai yang dalam dengan banyak batu-batuan yang deras airnya, lembah hijau dan bukit-bukit menjulang di kiri dan kanan jalan. Saya memilih untuk berjalan perlahan-lahan bukan hanya sambil menikmati keelokan alam, namun untuk lebih memastikan kehati-hatian berjalan di jalan yang banyak turunan di saat hujan.
Satu obyek menarik di tepi jalan yang kami singgahi adalah air terjun Lembah Anai, sebelum kami berhenti di satu tempat makan untuk menikmati makan siang hari itu. Hari itu Air Terjun Lembah Anai ramai dikunjungi wisatawan lokal.
Etappe 4 Lembah Anai-Kayu Tanam
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 236 mdpl ke 84 mdpl
- Jarak: 13 km
Makan siang itik lado ijo sudah kami selesaikan, dan meskipun hujan masih belum reda, kami melanjutkan perjalanan menuju Kayu Tanam.
Jalan langsung menurun, dan kemudian datar nyaman..sangat nyaman, sampai kami memutuskan berhenti di tepi jalan untuk menikmati durian…bagi yang suka …Sedangkan yang kurang menyukai durian, bisa leyeh-leyeh atau foto-foto.
Etappe 5 Kayu Tanam Hotel Plan B Padang
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 84 mdpl ke 11 mdpl
- Jarak: 49 km
Etape ke 5 atau etappe terakhir hari ini kami jalani dengan sangat santai. Jalan mulus, datar dan hujan sudah mulai reda.
Setelah berpencar-pencar agak jauh antar rombongan-rombongan kecil sesuai dengan kenyamanannya bersepeda, setelah tiba di simpang jalan layang menuju bandara, rombongan kembali berkumpul menjadi satu, dan terus bergerombol dalam satu peleton masuk kota Padang.
Lalu lintas lumayan ramai, apalagi saat masuk wilayah Pantai Padang, luar biasa ramai dan macet. Mungkin karena week end panjang, banyak yang berliburan.
Setiba di hotel Plan B teman-teman PRC sudah menunggu dan langsung memberikan kalungan medali kesemua rombongan.
Acara cuci sepeda dan packing kami selesaikan juga sore itu, untuk lanjut acara bebas di Padang.
Event Gowes Tour de Padang, Gowes Kelok Sembilan MTC Cyling 2016, apapun namanya ini sudah selesai dengan baik, menyenangkan dan selamat semuanya.
Terima kasih untuk teman-teman SEEC, KGB, PRC dan komunitas sepeda Payakumbuh yang telah bersama-sama menikmati keindahan Riau-Sumbar dengan guyub rukun. Terutama untuk teman-teman PRC yang mengatur semuanya dengan sangat rapi.
Terima kasih kepada Tuhan atas rahmat dan penyertaaaNya sepanjang perencanaan, pelaksanaan kegiatan ini, sehingga semuanya berjalan dengan selamat.
Semangat terus bersepeda mensyukuri kehidupan.