Views: 76
Yogyakarta memang sangat lengkap dan kaya dengan aneka tantangan dan pemandangan bagi penggemar bersepeda. Aneka sajian variasi jalur bisa dipilih.. dipilih .. dipilih…..
Jalur budaya Candi untuk melihat beragam candi peninggalan leluhur, jalur gunung Merapi, untuk menikmati keindahan gunung Merapi yang selalu gagah berasap, dan dominasi gemericik air di sepanjang perjalanan pendakian, jalur Durian ke rumah Raja Durian yang nggak sampai 10 km dari kota Yogya, atau jalur pantai, untuk menikmati deburan-deburan ombak disepanjang jalan, atau pilihan lain jalur persawahan, terutama persawahan terasering dengan latar belakang perbukitan hijau yang menyejukkan.
Minggu, 21 Februari 2016, setelah beberapa waktu istirahat gowes, saya bergabung dengan team survey team dokter-dokter Anesthesi yang akan mengadakan event Anesthesia 2016 Epic Endurance Cycling. Jalur yang dipilih untuk di survey adalah jalur Patuk-Ngandong/Serut-Prambanan.
Keistimewaan jalur ini:
- Tanjakan-tanjakan yang menantang, yang dimulai dari Tanjakan Patuk di jalan Wonosari
- Jalur yang rindang hijau, pemandangan gunung api purba Nglanggeran dan sawah-sawah menghijau di sepanjang Patuk-Serut
- Bonus turunan setelah tanjakan-tanjakan diteruskan dengan jalur datar sampai jalan raya Solo Yogya, dan ditutup dengan jalur jalan raya Solo-Yogya yang relative panas dan rame lalu lintasnya.
Etappe 1 (rumah Nandan-Perempatan Ketandan) – 11 KM
Hari masih gelap, sekitar jam lima pagi, dengan sepeda MTB meninggalkan rumah, menyusuri selokan Mataram, Jalan Gejayan, Jalan Solo, Janti dan sampai di Perempatan Ketandan, atau perpotongan jalan Wonosari dan Ring-Road sebagai tempat janjian berkumpul pagi itu. Jalanan relative masih sepi, sehingga bisa berjalan dengan cepat di aspal yang mulus. Waktu masih menunjukkan pukul setengah enam lebih sedikit. Lebih awal dari janjian kumpul jam 05:45, dan belum satupun teman yang hadir.
Satu demi satu teman berdatangan, dan kami segera memulai perjalanan sekitar jam 06:15, “sedikit” lebih lambat dari rencana semula.
Etappe 2 (Perempatan Ketandan-Patuk) – 12 KM
Menyusuri jalan Wonosari yang sudah lumayan rame di pagi itu, awalnya datar-data saja. Malahan sedikiiiit agak menurun sepanjang kurang lebih 9 km melewati Pasar Piyungan.
Nah, begitu ketemu jembatan selepas Pasar Piyungan, tanjakan-tanjakan tajam Patuk siap untuk didaki. Dengan jalan yang berliku-liku, namun terus konsisten menanjak dengan jarak sekitar 3 km, jarak sedekat itu memiliki perbedaaan elevasi sekitar 200m.
Lumayan …..Menyenangkan Setiba di puncak tanjakan di depan kantor polisi kami beristirahat beberapa saat. Ada warung minum kecil di puncak tanjakan ini yang ramai dikunjungi para pengayuh sepeda.
Ini merupakan tanjakan yang paling menantang di sepanjang jalur kita ini.
Etappe 3 (Patuk – Simpang Nglanggeran) – 8 KM
Selepas dari ettape 2, jalur yang lumayan tergangu dengan kendaraan umum, terutama bus dan truk yang mengerang-erang menapaki tanjakan dengan asap yang agak menyesakkan, kami belok kiri di depan kantor polisi, masuk ke jalan kearah gunung api Purba Nglanggeran yang rindang dengan pepohonan, jalan mulus dan sepi dari kendaraan umum. Bagi penggemar durian, saya sarankan untuk tidak berhenti terlalu lama di Simpang Patuk, dan langsung lanjut saja berjalan, karena dengan jalan yang datar, mulus sejuk, kira-kira 2.5 km akan bertemu dengan Durian Pak Gito, Asli Patuk di sisi kanan jalan. Rombongan kamipun singgah untuk menikmati durian bergaransi.
Perjalanan terus berlanjut dengan rolling-rolling yang menyenangkan, dan sesekali perlu memakai gigi paling ringan untuk menaklukkan tanjakan , kira-kira 8 km dari simpang Patuk sampai di Simpang Nglanggeran, satu perempatan jalan (Ke kiri ke arah Sendang Sri NIngsih, ke Kanan ke arah GUnung Api Purba. Jika cuaca cerah, beberapa saat sebelum mencapai Simpang Nglanggeran, di daerah yang banyak tower-tower, kita bisa mendapatkan tempat yang bagus untuk berfoto menikmati pemandangan lembah dengan bukit dibelakang lembah, dan di kejauhan tampak Gunung Merapi dan satu gunung lagi, mungkin gunung Sindoro.
Etappe 4 (Simpang Nglanggeran-Serut/Ngandong) – 10 KM
Dari perempatan jalan tersebut kami mengambil jalan lurus ke arah Klaten. Ini etappe yang paling menawan pemandangannya. Jalan masih diwarnai rolling-rolling yang dengan tanjakan yang tajam, namun secara keseluruhan sudah mulai menurun.Selepas dari persimpangan jalan tersebut kita akan menemui batu-batu besar bekas gunung berapi di sisi kiri dan kanan jalan. Luangkan waktu untuk berfoto. Selanjutnya sisi kiri dan kanan jalan akan penuh dihiasi sawah, dan di sisi akan tampak bukit batu, gunung api purba Nglanggeran yang tampak gagah kokoh di kejauhan. Foto lagi di sini yaaa….
Nah, setelah melalui jalan naik turun kecil, akhirnya akan ketemu tanjakan tajam double, menanjak tajam, rata sedikit langsung menanjak lagi. Ini tanjakan terakhir, dan jalan selanjutnya akan terus turun tajam ke bawah sampai Desa Ngandong Serut.
Etappe 5 (Serut/Ngandong – Prambanan) – 13 KM
Hamparan sawah terus menghiasi kiri dan kanan jalan, dengan kondisi jalan yang datar, mulus, dan sesekali menembus rumah-rumah di pedesaan, salah satunya melewati desa Ganti Warno, sampai menyeberang di bawah rel KA Solo Yogya dan tembus ke jalan Solo-Yogya di sebelah timur pabrik Susu SGM, kira-kira 4 km dari Prambanan. Terus melaju menuju Prambanan melewati jalan Solo-Yogya, dan mampir di Dawet sisi kiri jalan sesudah candi Prambanan
Etappe 6 (Prambanan-Rumah) – 17 KM
Etappe terakhir Prambanan sampai rumah, sejauh kira-kira 17 km melalui jalan raya Solo-Yogya dan ring road Utara.
Ringkasan:
- Jarak : 70 KM
- Sepeda : MTB/Hybrid
- Kondisi jalan: Aspal mulus dengan tanjakan-tanjakan dan turunan
- Pemandangan: Persawahan dengan terasering, gunung api purba dan batuan-batuan