Views: 85
Enambelas Desember 2011, hampir setahun yang lalu, pertama kali kami berombongan bersepeda di Payakumbuh. Dan hari ini Sabtu, 10 November 2012, tepat hari Pahlawan, kami rombongan AxicBIC Pekanbaru, kembali bersepeda bersama dengan teman-teman dari Payakumbuh. Belum sampai satu tahun, namun ini sudah kali ke lima kami melakukan kegiatan yang menyenangkan ini. Tiga kegiatan sebelumnya kami lakukan di bulan Maret, Mei dan Juli tahun ini juga. Meski sudah lima kali, atau empat kali di tahun 2012 ini, namun tidak satupun dari kami yang merasa bosan untuk ingin segera bersepeda kembali di Payakumbuh. Luar biasa anugerah yang Tuhan berikan kepada Payakumbuh, dengan panorama alam, keindahan daerah ini.
Rencana kegiatan ini sudah kita siapkan sekitar sebulan yang lalu, dan di hari-hari akhir persiapan, kami mendapat kejutan istimewa, dimana bapak Walikota Payakumbuh yang baru, Bapak Riza Falepi, berkenan menerima anggota rombongan, dan menyiapkan sarapan pagi di rumahnya. Dan undangan ini menambah semangat dan ketidak sabaran kami untuk segera bersepeda di Payakumbuh. Seperti kegiatan-kegiatan sebelumnya, sepeda-sepeda naik ke pickup pengangkut hari Jum’at siang, dan rombongan berangkat dengan bus sekitar jam 17:30 dari Rumbai dengan diawali doa bersama dipimpin EO tercinta kami, mas Koko. Seperti biasa, bus belum berjalan lima menit, beragam makanan sudah beredar di dalam bus, tahu, bakwan, arem-arem nasi merah dan krupuk. Seperti biasa juga, sholat magrib dilakukan di daerah Panam, dan makan malam, soto di Rantau Berangin.
Sebagian besar peserta sudah sangat berpengalaman untuk menempatkan diri senyaman mungkin di dalam bus, dengan perlengkapan masing-masing sesuai keperluan. Ada yang memakai jaket, untuk menghangatkan tubuh dari AC bus yang cukup dingin, ada yang mengenakan topi lebar untuk melindungi kepala dari terpaan AC, ada yang memakai sarung untuk lebih menghangatkan badan, dan ada juga yang menyiapkan tempat tidur khusus di bagian belakang bus. Dan sebagian besar dari kami bisa tidur nyaman selama perjalanan. Perjalanan sangat lancar, dan kami tiba di Payakumbuh sekitar jam 23:30. Beberapa teman langsung tidur, dan yang lain masih sedikit ngobrol bercerita sampai tengah malam, dan tidur.
Waktu belum menunjuk pukul lima pagi, semua peserta sudah bangun, menyiapkan sepeda dengan memasang roda, menambah angin, serta menyiapkan peralatan pribadi dan mandi pagi. Pukul enam pagi, sesuai rencana seluruh anggota rombongan sudah siap untuk berangkat, dan diawali dengan briefing singkat oleh pak Ketua kami, Mas Rosyid, kami melakukan doa bersama, dan mulailah kegiatan gowes pagi ini. Ettape pertama adalah gowes dari tempat menginap kami di Hotel Sago Bungsu, yang terletak di daerah Tanjuang Pati, dekat dengan Simpang Harau, menuju ke kota Payakumbuh, ke rumah dinas bapak Walikota dengan menyusuru jalan raya Pekanbaru-Bukittinggi. Melalui jalan aspal yang mulus dan landai sekitar 9 km, kami tiba di rumah bapak walikota, yang baru sekitar 2 bulan menjabat, yang kebetulan teman kuliah mas Agung Prasetya.Sarapan pagi bubur kampiun, dan teh panas sangat enak. Setelah ngobrol beberapa saat dan foto-foto bersama pak walikota, kami segera melanjutkan perjalanan gowes kami. Ada empat orang teman dari Payakumbuh yang ikut bergabung bersama kami, sehingga total 25 orang penyepeda dengan memakai jersey yang sama.
Perjalanan dari rumah walikota dilanjutkan dengan menyusuri jalan aspal dan di daerah Payo Basung dengan tanjakan-tanjakan kecil, dan terus menanjak sampai masuk di daerah persawahan yang hijau sangat rapi, dengan pemandangan latar belakang bukit-bukit kecil yang bergelombang yang masih lebat dengan pepohonan, yang beberapa bagian terlihat batuan cadas yang keras. Bentuk perbukitan unik, sangar bergelombang, seakan seperti tubuh ular naga yang sedang menggeliatkan tubuhnya yang panjang. Di daerah Baliak Bukik, ditengah persawahan dengan latar belakang perbukitan itu, kami berfoto-foto. Terus menyusuri persawahan serta perkampungan sampai kami tiba di Simpang Andale, ditepi jalan raya Payakumbuh-Muara Sijunjung.
Master track kami, Pak Us, menyampaikan bahwa jalur kami selanjutnya akan menyusuri jalan raya Payakumbuh-Muara Sijunjung ini sekitar lima kilometer dengan tanjakan terus menerus. Dan di lima kilometer ini sudah mulai terlihat, mana penyepeda yang masih awal mulai berkegiatan bersepeda dan mana yang sudah rutin bersepeda. Bukan usia, bukan kondisi fisik yang membuat perbedaan. Beberapa bapak-bapak yang sudah berusia lima puluh limaan, nyaman saja melampaui jalur ini dengan bersiul-siul, dan beberapa teman yang masih berusia tiga puluh, atau empat puluh tahun relatif lebih mengalami kesulitan. Ternyata memang rajin berlatih, rajin gowes, membuat perbedaan yang sangat significant dibanding yang baru mulai bersepedaan. Dan hal itu dicapai tanpa terasa, kapan tahapan perubahan itu dicapai, dan saya yakin siapapun akan bisa mencapai peningkatan dengan berlatih …… Man Jadda Wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Semboyan yang sangat tepat yang disampaikan dalam buku Negeri 5 Menara. Dan hal itu sangat kami rasakan.
Sampai di simpang Gadut, di depan kantor Wali Nagari Labuh Gunung, kami belok kiri, dan berhenti sejenak, kembali berfoto-foto sambil menunggu semua anggota rombongan lengkap berkumpul. Kembali master track kami menyampaikan informasi, bahwa mulai titik ini jalanan akan terus menurun, dan diminta anggota rombongan untuk selalu menjaga jarak satu dengan yang lain, tidak berjalan bergerombolan, dan terus mewaspadai kondisi jalan, terutama banyaknya anjing yang berseliweran di jalan. Setelah perjuangan kami di jalan raya yang terus menanjak, kami nikmati jalan menurun ini dengan riang gembira, dengan tetap waspada, dan menjaga kesempatan dengan menekan rem untuk menghambat laju sepeda yang kadang terlalu kencang. Jalan terus menurun sampai tiba di Sitanang, dan kami berbelok ke kanan, menjumpai bukit cadas batuan yang menawan, dan terjadilah foto session dengan berbagai gaya gagah di bukit cadas kecoklatan ini. Satu hal yang menambah keindahan adalah di tepi bukit cadas kecil ini, langsung terlihat persawahan hijau dibelakangnya. Sangat kontras. Satu bukit coklat yang keras padas, dan persawahan hijau di sampingnya. Tidak sampai lima ratus meter dari bukit ini, kami temukan lagi satu goa batuan asli dengan kolam air dibawahnya…foto-foto lagi….Beragam perbedaan itu luar biasa menyusun suatu paduan yang menawan. Persawahan yang hijau membentang di dataran yang luas, dihiasi oleh bukit-bukit yang tinggi, yang seakan seperti pasak yang Tuhan tanamkan untuk menjaga agar persawahan tetap rata menempel di bumi.
Jembatan gantung menyeberangi sungai yang lebar adalah tantangan luar biasa yang menggetarkan bagi sebagian besar peserta hari ini. Meskipun ada beberapa teman yang luar biasa berani tetap mengendarai sepedanya melintas jembatan ini, namun sebagian besar peserta memilih untuk menuntuk sepeda dengan perlahan, sambil berpegangan pada besi pengkait jembatan, bahkan ada yang memilih untuk merunduk-runduk, memastikan untuk terus berpegang pada tepian jembatan. Goyangan jembatan ini sangat terasa. Jembatan ini berada di daerah Lubuk Larangan, Batu Kabau, Sitanang, Lima Puluh Koto, Sumatra Barat. Perjalanan terus berlanjut menyusuri persawahan, menyusuri perkampungan. Dan sempat juga kami minum teh dan beberapa makanan kecil di daerah Coran, dan kembali mendaki sampai Subaran Aia.
Sesekali di perjalanan kami bertemu anak-anak, yang berteriak-teriak kegirangan melihat kami, melambaikan tangannya, mengacungkan tangannya untuk bisa kami pegang sambil bersepeda, dan ada juga yang berlari-lari dipinggir jalan mengikuti kami. Sungguh luar biasa, mereka begitu sederhana, begitu mudahnya merasakan kebahagiaan dengan hanya melihat kami yang bersepeda. Dan kamipun juga sangat gembira melihat keindahan alam tempat mereka hidup sehari-hari.
Jalanan kembali menurun sampai kami tiba di daerah Taram, satu tempat di tepi sungai di bawah jembatan, tempat kami kembali melakukan aksi-aksi foto dengan beragam macam gaya, baik berkelompok maupun pribadi…untuk foto profile dengan berbagai pose. Gaya naik sepeda di tepi sungai, gaya mengangkat sepeda dan gaya lain yang menyenangkan. Pemandangan disini memang unik, dengan sungai yang lebar berarus dengar dan di latar belakang terdapat satu bukit kecil yang hitam kokoh. Di tempat ini juga kami menikmati makan siang, di tepi sungai. Makanan nasi bungkus dengan lauk ayam dan dendeng, dengan sambalnya, terasa sangat enak dimakan di alam terbuka, meski kadang terasa aroma kotoran binatang di belakang kami. Dan sama sekali tidak mengurangi nikmatnya nasi bungkus kami.
Ettape terakhir adalah kembali kembali kembali ke hotel melalui Batu Balang, Tanjung Pati dan tiba di Hotel Sago Bungsu kembali sekitar pukul setengah dua siang dengan selamat. Terima kasih Tuhan, kami kembali menikmati segar dan indahnya cipataanMu di Payakumbuh berjarak hampir 50 km. Terima kasih untuk teman-teman Payakumbuh Sepeda Nanjak yang menemani kami bersepeda, terutama buat track master kita, Pak Us, buat pak Dadang yang selalu bikin heboh mensemangati dan mas Deded Kurnia yang selalu setia mengawal di belakang, memastikan anggota rombongan selalu lengkap. Selamat hari Pahlawan.Selamat hari Kesehatan Nasional.
Dokumentasi:
- Foto dari Bang Fedrizal diFacebook
- Foto dari mas Fathoni di Facebook
- Foto dari mas Rosyid di Facebook
- Foto dari mas Yusfiannur di Facebook
- Track dari Endomondo PVA
Alhamdulillah semua aktivitas kemarin lancar dan selamat. Kapan mau nyepedah bareng ke Payakumbuh lagi?
Selamat kepada semua pengayuh sepeda, saya senang sekali melihat foto2nya, karena ini kampuang halaman saya. Saya sendiri belum sampai melihat seperti ini. Keep Gowes…
Ibu Etty sangat beruntung memiliki kampung halaman yang sangat indah, dan masyarakatnya yang ramah.
nice info
tanks
http://tokoonlinepayakumbuh.com/