Views: 19
Jam sepuluh malam, di satu malam, berdua dengan istri, kami di Pekanbaru menuju ke Rumbai. Di satu persimpangan jalan dengan lampu lalu lintas pengatur, dan di tiang lampu pengatur lalu lintas ada tulisan yang sudah cukup lama terpampang dan jelas dapat dilihat oleh pengendara yang melewatinya, yaitu “BELOK KIRI JALAN TERUS”.
Kami mendekati persimpangan, untuk belok ke kiri, dan lampu pengatur lalu lintas menunjukkan warna merah. Di jalur tengah, ramai mobil dan motor berhenti, sesuai dengan rambu lampu merah yang menyala menandakan untuk berhenti. Dan kami dengan mengendarai mobil berada di jalur kiri, dengan kecepatan rendah kami terus maju melewati mobil-mobil yang berhenti. Kami berjalan pelan, karena jalur kiri relatif sempit dan di jalur tengah beberapa sepeda motor agak nonjol-nonjol mencuri jalur kiri, dan kami perlu ekstra hati-hati.
Nah, begitu sampai di barisan terdepan di mulut belokan jalan, kami melihat dari sisi jalan depan, dimana lampu lalu lintas mereka berwarna hijau, padat kendaraan akan berbelok juga ke arah yang sama dengan arah tujuan kami. Mobil beriring-ringan, melaju, di sela-sela sepeda motor yang jumlahnya lebih banyak, dari arah depan kami menuju ke arah kami ingin berjalan juga. Melihat situasi tersebut kami berhenti. Karena kami akan mengganggu laju kendaraan-kendaraan dari depan kami, jika kami memaksakan diri belok kiri. Tentunya dampak dari kami berhenti di mulut jalan tersebut, menyebabkan mobil dan motor di belakang kami tidak bisa bergerak.
Dan “marahlah” para pengendara motor dan mobil yang ada di belakang kami, bel klakson bersaut-sautan menyuruh kami berjalan terus, karena belok kiri jalan terus. Kami tetap saja berhenti karena kami beranggapan bahwa Belok kiri jalan terus, berarti bahwa kami boleh berjalan terus kalau memang jalur tempat kami berbelok bersih dari arus lalu lintas dari arah yang sedang mendapatkan lampu hijau, hak berjalan. Dan jika kami berbelok akan mengganggu laju arus kendaraan dari arah depan yang memang sedang memiliki hak berjalan, dengan tanda lampu lalu lintas berwarna hijau, maka kami diwajibkan berhenti. Itulah pemahaman kami akan arti “BELOK KIRI JALAN TERUS”. Dan ketika beberapa sepeda motor berhasil lolos dari sempitnya jalan, dan berhasil mendahului kami yang berhenti, mereka masih sempat memencet klakson di samping mobil kami, dengan tangan yang melambai-lambai menunjukkan bahwa kami seharusnya berjalan terus, dan mulut mengeluarkan kata-kata marah yang kurang begitu kami dengar dari dalam mobil.
Sangat menarik, kami berdua merasa benar bahwa kami memang harus berhenti untuk mendahulukan kendaraan yang datang dari arah depan kami yang sedang mendapatkan hak berjalan karena warna lampu HIJAU, meskipun belok kirim jalan terus. Dan para pengendara lain di belakang kami yang marah, juga merasa benar bahwa seharusnya kami berjalan terus karena ada petunjuk yang sangat jelas BELOK KIRI JALAN TERUS. Dua pihak yang merasa benar, dengan kondisi yang saling berlawanan pemahaman kebenarannya.
Karena kebetulan kami berdua dan para pengguna motor dan mobil yang marah di belakang kami, sama-sama tidak meliliki kekuasaan dan hak untuk saling menindak, maka peristiwa ini hanya merupakan satu kejadian yang saling memanaskan hati tanpa ada satupun dampak yang berkepanjangan. Saling merasa benar, saling marah di tempat masing-masing dan berpisah untuk saling menlanjutkan perjalanan hidup. Kondisi ini akan sangat berbeda, jika salah satu pihak yang saling berlawanan meyakini kebenaran, memiliki kekuasaan untuk menindak pihak yang lain, dan dampaknya akan panjang, jika si pemilik hak tersebut melakukan penindakan terhadap pihak lain yang juga merasa memiliki keyakinan kebenaran yang berbeda atau bahkan berlawanan.
Bijaksana bersedia rendah hati mendengarkan dan memahami kebenaran yang diyakini orang lain untuk menguji kebenaran yang kita yakini. Semakin berkuasa, perlu semakin rendah hati untuk lebih banyak mendengarkan. Ada istilah di bidang hukum yan menarik: Lebih baik membebaskan 1000 (seribu) orang bersalah dari pada menghukum 1 (satu) orang yang tidak bersalah.