Visits: 38
Ada banyak kisah, cerita, kenangan indah dalam bersepeda yang kadang masih berkelebat-kelebat dalam ingatanku. Saat duduk di depan komputer seperti ini, ingin kucatat dan dokumentasikan kenanganku bersepeda sebagai bagian dari peziarahan hidupku.
Satu kenangan yang sedikit teringat, meski tidak terlalu detail adalah kenangan pertama kali belajar naik sepeda. Aku tidak begitu ingat kapan dan hal-hal lain yang lebih detail, yang aku sekilas ingat, aku belajar naik sepeda di lapangan sepak bola SPG di Kleco Solo, di satu lapangan di belakang SPG di tepi rel kereta api Solo-Yogya. Aku ingat belajar naik sepeda diajari bapakku. Putar-putar di lapangan itu.
Hal yang mirip adalah kenangan mengajari naik sepeda Mita dan Chela. Yang masih sangat amat kuingat adalah kenangan mengajari Chela naik sepeda, di jalan depan rumah di Kompleks Flamboyan. Aku masih ingat wajah Chela yang galak teriak-teriak minta terus diajari, minta terus di pegang sepedanya, lari terus di belakang Chela yang menikmati genjotan sepedanya. Chela yang selalu sangat semangat bersama Ista temannya minta diajari di sore hari, minta terus diikuti dari belakang, dan kadang kulepas, dia sudah bisa sendiri, tapi aku pura-pura memegang. Kadang Chela sedikit menengok memastikan aku memegangnya. Dan saat sampai pada titik aku yakin dia sudah stabil bisa menaiki sepedanya, aku berlari di samping Chela, dan Chela sadar bahwa dia sudah bisa sendiri, tapi masih terus minta di dampingi untuk memastikan aman.
Sepeda adalah teman akrabku sejak kecil sampai di SMA, main sepeda untuk sekedar alat transport main di kampung, ke sekolah saat SMP dan SMA kelas satu, sepeda sebagai alat gaya untuk balapan di tanah-tanah berlumpur, alat transport untuk pergi ke desa-desa mencari lawan main volley.
Menjadi sangat berbeda hari-hari ini, setelah sekian lama, hampir 25 tahun tidak melakukan kegiatan bersepeda, dan sekarang mulai lagi bersepeda. Sangat berbeda. Hari-hariku sebelum bersepeda kembali, banyak kuisi dengan kegiatan duduk tanpa banyak kegiatan fisik, duduk di depan komputer, duduk di atas mobil dan duduk di sofa sambil nonton TV.
Bersepeda saat ini benar-benar merubah banyak hal, menyadarkan bahwa aku adalah makhluk Tuhan yang mempunyai otot, mempunyai kaki untuk mengayuh sepeda, menikmati pori-pori kulitku yang mengeluarkan keringat, merasakan paru-paru yang terengah-engah menyedot oksigen, dan sibuk mengukur detak jantung. Dengan bersepeda aku banyak menikmati kemanusiaanku dengan segala banyak hal anugerah Tuhan yang luar biasa, yang sebelumnya tidak banyak kugunakan dan kurasakan kehadirannya.
Bersepeda hari ini, berbeda dengan masa kecil yang lebih banyak sebagai alat transportasi. Bersepeda hari ini lebih banyak kugunakan untuk terus menerus lebih menyadari kemanusiaanku dengan segala piranti yang Tuhan berikan, dan kunikmati dan kukagumi dengan penuh rasa syukur. Ayo terus semangat bersepeda.
I want to ride my bicycle..
Juli ke Harau,ikutan mas Darmadji?