Views: 188
Berangkat dari keinginan untuk terus menerus mencoba tantangan-tantangan baru yang lebih mendebarkan, bersepeda di jalan yang menanjak adalah salah satu kegiatan yang sering kami lakukan dalam bersepeda. Tanpa terasa, kemampuan untuk menaklukkan tanjakan semakin lama semakin meningkat, dan sering rasa kagum menyelinap dalam hati dan pikiran, “eh, koq sekarang aku bisa terus mengayuh di atas sepeda yaaa.., padahal dulu selalu terasa sangat berat dan selalu menuntun di tanjakan ini..”
Ketekunan terus bergembira, menikmati bersepeda, berdiskusi dengan teman-teman seperjalanan, dan membaca serta melihat pelajaran-pelajaran menarik di youtube, tanpa dirasa telah menambah pemahaman dan kemampuan diri dalam bersepeda. Meski bukan suatu perkembangan seorang profesional, namun cukuplah untuk menggembirakan diri sendiri.
Dan setelah tanjakan, pasti kita akan menemukan turunan, meski kadang tidak serta merta langsung kita temukan turunan yang menyenangkan setelah suatu tanjakan. Pengalaman beberapa waktu yang lalu di Gunung Sago, kerinduan pada turunan terus menerus dirasa saat melawati tanjakan demi tanjakan yang serasa tiada putusnya. Turunan bisa langsung ada setelah satu tanjakan, atau baru akan ada setelah beberapa kali tanjakan. Seperti halnya indahnya kehidupan melalui tantangan-tantangan yang menyenangkan, dengan keyakinan bahwa di setiap kesulitan pasti ada solusi dan hikmah yang indah, begitu juga di dalam bersepeda, selalu ada kepastian adanya turunan setelah tanjakan. Hanya kesabaran dan ketahanan untuk terus menyelesaikan setiap tanjakan.
Beberapa tips dalam menikmati tanjakan dari masukan beberapa teman, terutama mas Akson yang rajin menganalisis dan berbagi dalam cerita, dari beberapa bacaan dan film-film pendek di youtube:
- Tatap tanjakan di depan, dan ukur kemampuan diri sendiri untuk merancang strategi menikmatinya. Jika tanjakan dirasa tidak terlalu berat dan mampu ditaklukkan dengan mudah, kayuh sepeda pada kecepatan yang tidak terlalu pelan (istilah mas Akson, ini berdasar hukum Kelembaban, Hukum Newton pertama…semakin pelan, atau ekstremnya dari posisi berhenti akan jauh lebih berat untuk memulai perjalanan). Saat awal-awal bersepeda, saya selalu menset posisi gigi di posisi yang menurut saya adalah posisi gigi yang pas untuk saya untuk menyelesaikan tanjakan itu, tanpa perlu merubah-rubah gigi di pertengahan tanjakan. jadi biasanya saya set di posisi yang relatif rendah dan sangat ringan di awal tanjakan, namun akan menjadi setting gigi yang tepat sampai selesainya tanjakan.
- Setelah agak lama menikmati bersepeda, dan mulai bisa lebih pandai merubah-rubah gigi di tegah tanjakan, setting gigi menjadi agak beda. Setting di awal tanjakan adalah setting gigi yang pas untuk saat itu, biasanya posisi gigi yang lebih tinggi. Kayuh sepeda dengan nyaman, dan turunkan gear/gigi jika dirasa sudah terlalu berat saat mendaki. Pastikan saat mengganti gigi, turunkan tekanan kayuhan.
- Saat mengayuh di tanjakan yang tajam, nikmati saja tanjakan dengan posisi gigi/gear yang pas sesuai kekuatan diri sendiri. Nikmati sesuai kekuatan diri sendiri, yang penting sepeda terus berjalan maju ke depan, dan tidak sampai berhenti. Jangan sampai terpancing oleh teman-teman seperjalanan yang lebih kuat, dan lebih kencang lajunya. Santai saja, nikmati kayuhan, meski gerakan roda terasa lambat karena posisi gigi rendah memberikan dorongan kecepatanyang lambat.
- Usahakan untuk tetap terus duduk di atas sadel, jangan berdiri sebagai usaha untuk memperkuat kayuhan, karena kalau sudah sekali berdiri, saat duduk kembali kita akan kehilangan banyak momentum yang merugikan.
- Bagi berat tubuh di roda belakang, untuk memastikan roda belakang, tampat dimana tenaga dorong berada, tetap kuat menggigit tanah, dan juga bagi berat tubuh di roda depan, dengan cara sedikit mencondongkan tubuh ke depan, dan menekankan tangan ke stang sepeda, dengan tujuan agar roda depan sepeda tetap stabil di atas tanah (bukan terangkat ke atas).
- Fokuskan pandangan ke roda depan, kira-kira satu meter ke depan, jangan terus menerus melihat ke kejauhan. Secara mental saya merasakan, ketika melihat kejauhan ke tanjakan yang tajam, tanpa terasa membuat lebih terkuras tenaganya, namun dengan melihat sedikit saja di depan roda, jalan terasa datar-datar saja, dengan terus konsisten mengayuh se kuatnya, terasa lebih nyaman.
Sering ketika menikmati jalan menanjak, teman-teman yang masih segar dan kuat, mengeluarkan joke-joke segar, seperti “Jangan dipaksa, kayuh terus”, atau ” Jangan direm-jangan direm.. ..”. Tips yang manjur adalah ” Gunakan gigi rendah..gunakan gigi rendah, dan kayuh senyamannya.” .Selamat menikmati tanjakan, dan mensyukuri jalan menurun.