Views: 40
Aku ingat satu kisah teman beberapa waktu yang lalu. Selagi berjalan-jalan mengantar istrinya di suatu mall di kota Solo, dia melihat ada seorang perempuan sederhana yang terlihat galau. Temanku ini memperhatikan dari kejauhan, perempuan ini terlihat mondar-mandir, mengamat-amati satu pakaian, dibolak-baliknya pakaian tersebut, kemuadian pergi, lalu kembali lagi ke baju itu, kembali membolak-balik dan mengamati harganya, dan sesekali melihat uang di saku dan dihitung-hitung.
Temanku ini berkesimpulan, perempuan tersebut ingin membeli pakaian yang diamat-amatinya, namun kemungkinan besar uang yang dibawanya tidak cukup. Dan terbesit satu keinganan teman ini untuk membantu perempuan tersebut untuk bisa memiliki pakaian yang diinginkannya dengan “nomboki” kekurangannya.
Keinginan tersebut spontan saja, atas apa yang dilihatnya. Keinginan tersebut ternyata tidak segera terwujut dengan baik, karena teman ini sibuk mencari bagaimana cara menolongnya, dan kira-kira aku akan malu apa tidak yaaa, kalau tiba-tiba menawarkan diri untuk “nombokin”, dan apa kira-kira nanti reaksi sang istri melihat ini.
Masih dalam pertempuran keraguannya, tiba-tiba terjadi sedikit kehebohan,perempuan tersebut ditangkap petugas Security mall di dekat kasir, karena dilihat mencuri baju tersebut. Kaget, teman kita satu ini, dan kembali timbul keinginannya untuk menolong perempuan tersebut di kasir untuk sepenuhnya membayar harga baju tersebut.
Tetapi…kembali, keinginan tersebut tak pernah terwujut, karena dikalahkan oleh keraguannya sendiri di dalam hatinya, kekhawatiran akan dipermalukan, kekhawatiran akan apa reaksi orang-orang di sekitar rencananya.
Mendengar cerita teman ini, sayapun berfikir, bahwa kemungkinan saya akan berperilaku persis seperti teman ini, jika saya berada di tempat itu di waktu itu. Kebanyakan ragu dan mikir apa yang akan menimpa diri saya, menyebabkan aku sering mensia-siakan kesempatan untuk berbuat baik bagi orang lain. Tuhan sering memberi kesempatan kepadaku untuk berbuat baik, namun pertimbangan-pertimbangan rumit dalam diriku sering mensia-siakan kesempatan itu.
Aku tahu, bahwa dalam diriku ada benih-benih “gandum”, yang selalu ingin berbuat baik, dan sekaligus punya juga benih-benih “ilalang”, yang selalu ingin menghalangi niat-niat baik.Semoga aku selalu dimampukan untuk memupuk subur benih-benih “gandum”, dan menyingkirkan benih-benih “ilalang”.