Views: 46
Berita dari Jawa Pos hari ini, Rabu, 29 Juni 2011 sangat mengagetkanku:
- Panitia Pusat SNMPTN 2011 telah menuntaskan rekapitulasi peserta yang lulus ujian tulis. Hasilnya cukup mengejutkan, yakni 154,954 peserta dengan nilai di atas rata-rata dinyatakan gagal (sekitar 28.64 persen dari total peserta). Ketikdak lulusan peserta pintar ini disebabkan karena “tidak cerdas” dalam memilih program studi.
- Terdapat peserta kelompok IPA maupun IPS yang meraih nilai 80-90, dinyatakan tidak lulus SNMPTN tahun 2011, meskipun rata-rata nasional kelompok IPA hanya 56.2, dan rata-rata kelompok IPS hanya 52.2
- Di lain pihak ada peserta ujian yang nilainya sangat rendah, namun diterima di perguruan tinggi negeri yang dpilihnya, dimana nilainya hanya 30 dari kelompok IPA dan ada peserta dari IPS yang nilainya hanya 20.
Luar biasa…apakah memang sistem SNMPTN tahun 2011 merupakan sistem yang tepat dan cocok digunakan sebagai alat untuk memilih siswa yang paling baik untuk bisa memasuki Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia, jika kondisinya seperti di atas, dimana banyak sekali siswa pintar yang tidak bisa sekolah di perguruan tinggi negeri, dan malahan siswa yang prestasinya rendah bisa diterima di perguruan tinggi negeri?
Apakah memang seluruh Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia menghendaki kondisi seperti ini, dimana akan banyak menerima juga siswa didik yang tingkat kemampuannya sangat rendah, dan kemungkinan tingkat keberhasilannya belajar di perguruan tinggi nanti masih pantas dipertanyakan, hanya karena nasib baik memilih jurusan dan PTN yang kebetulan peminat dan saingannya sedikit saat ini.
Sistem tahun ini bisa dianalogikan seperti memasukkan seluruh siswa peminat perguruan tinggi negeri seluruh Indonesia di dalam satu kolam besar yang disebut SNMPTN, untuk saling bersaing berebut, dengan modal kepandaian dan parameter-parameter lain yang luar biasa besar di luar kontrol dirinya. Hal ini terjadi, karena seluruh siswa hanya memiliki satu kesempatan memilih untuk seluruh PTN di satu saat(meskipun masih ada ujian Mandiri masing-masing PTN sesudah SNMPTN, namun dengan porsi kursi yang tentunya sudah semakin sedikit). Dan karena hanya satu kali kesempatan untuk seluruh PTN, maka tingkat saling mempengaruhi yang tidak menentu semakin besar antara siswa yang satu terhadap siswa yang lain di seluruh Indonesia yang memiliki keberminatan yang sebenarnya berbeda-beda, dimana siswa bisa memilih jurusan dan PTN yang sebenarnya tidak diminatinya. Saya yakin tingkat kekosongan kursi akibat calon mahasiswa yang diterima tahun ini yang tidak mendaftar ulang akan sangat besar ,karena sebenarnya tidak minat ke jurusan yang diraihnya tersebut.
Saya berpendapat sistem SNMPTN tahun ini lebih besar porsi “untung-untungannya“, dibanding porsi kemampuan calon mahasiswa. Dan hal ini merugikan semua pihak, anak dan orang tua serta PTN yang gagal mendapatkan calon terbaik di semua jurusannya. Hanya jurusan tertentu yang mendapatkan mahasiswa dengan tingkat kemampuan yang luar biasa tinggi, sedang jurusan lain hanya mendapatkan calon mahasiswa dengan tingkat kemampuan yang rendah. Dan banyak calon mahasiswa pintar yang tidak bisa kuliah di PTN.
Saya berfikir bahwa cara-cara yang ditempuh di tahun-tahun sebelumnya masih lebih baik, dimana masing-masing PTN di beri kebebasan untuk melakukan ujian mandiri di awal dengan obyektif sesuai keperluan PTN yang bersangkutan yang sangat spesifik berdasarkan pengalamannya bertahun-tahun. Kebaikan dari sistem ini:
- Siswa dapat lebih fokus untuk memilih dan mengikuti ujian di PTN yang benar-benar memang diinginkannya, dan parameter-parameter lain yang di diluar kontrol dirinya, relatif lebih kecil, karena jumlah saingannya juga jauh lebih kecil (hanya siswa yang memang berminat ke PTN yang di maksud tersebut saja yang akan ikut mendaftar dan bersaing)
- Siswa dapat memilih cara seleksi yang diinginkannya sesuai kemampuan akademis dan kemampuan finansialnya
- Siswa memiliki beberapa kali kesempatan mengikuti seleksi di perguruan tinggi yang sangat diminatinya, untuk bisa meraih jurusan yang diinginkan, dengan terus menerus bisa mengukur dirinya dan membuat penyesuaian-penyesuaian pribadi yang dirasanya tepat dari satu kesempatan ke kesemptan berikutnya di satu perguruan tinggi yang diinginkannya.
- PTN akan mendapatkan calon mahasiswa yang terbaik, dan memang benar-benar meminati jurusan dan PTN. Dan kecil kemungkinan siswa yang prestasinya rendah untuk bisa diterima
- PTN bisa lebih mengkontrol proses seleksinya sesuai dengan kriteria yang diinginkan berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang bisa sangat unik dan berbeda-beda antara perguruan tinggi yang satu dan yang lainnya.
Ada satu masukan bagus sekali dari teman, untuk bisa lebih terbuka lagi sistem seleksi masuk PTN ini, dengan cara mencantumkan nilai-nilai dari yang lulus secara terbuka ke kalayak , dan bagi yang tidak lulus, bisa melihat nilainya sendiri secara pribadi, agar bisa menjadi pelajaran pribadi untuk perbaikan-perbaikan dirinya, serta memahami posisinya dalam proses seleksi ini dan menerima hasilnya dengan lebih mudah dan legawa.
Semoga evaluasi yang mendalam segera dilakukan oleh para pimpinan PTN, serta para pengambil kebijakan dalam Ujian Masuk PTN dan segera dilaksanakan di tahun-tahun mendatang, agar siswa mendapatkan kesempatan terbaik sesuai kemampuannya, dan PTN mendapatkan calon mahasiswa terbaik yang ada sesuai kriteria yang ditetapkan tiap-tiap perguruan tinggi.
Bagi siswa dan orang tua yang belum berhasil lolos SNMPTN tahun 2011, semoga tetap tabah, dan mendapatkan yang lebih baik. Banyak jalan meraih prestasi dengan cara yang baik dan benar.
Brilliant analysis Bos! Thanks for sharing. Saya support sekali dengan usulan nya.