Views: 115
Masih di atas pesawat terbang dalam perjalananku. Pesawat yang terlambat 2 jam dari jadwal yang direncanakan, mulai dari saat naik ke dalam pesawat, ada satu anak di barisan belakang sampingku rewel terus, nangis dan kedua orang tuanya, bapak ibunya berusaha untuk menenangkan.
Sampai saat dibagi makanan kecil di dalam perjalanan, termasuk ada cangkir, dan mulailah si anak bermain-main cangkir, diketok-ketok ke meja di kursi pesawat, dan si anak mulai tenang, dan tiba-tiba “thuing….”. Cangkir coklat keras meluncur ke atas melewati 2 bangku di depannya dan mendarat di kursi tengah 3 baris di depan si anak, yang untuk kursi tersebut kosong, di tengah dua orang bapak yang duduk di sisi kiri dan kanan kursi kosong tersebut. Para penumpang di tiga baris tersebut terkaget-kaget melihat cangkir terbang, dan terutama dua bapak di kiri-dan kanan tempat pendaratan cangkir.
Apa yang akan kulakukan, jika aku adalah salah seorang bapak tersebut?
Aku punya pilihan, merasa menjadi korban karena kaget, dan membayangkan hal terburuk seandainya tepat mengenaik ubun-ubunku, dan aku akan mengambil cangkir tersebut kemudian menegok ke belakang dan mencari siapa biang keladi cangkir terbang ini, dan mengatakan bahwa saya sangat kaget, bahwa ini sangat berbahaya, dan setelah diberitahu bahwa ini ulah anak kecil, saya akan minta kepada orang tua si anak untuk bertanggung jawab untuk menjaga anaknya dengan baik…pokoknya aku merasa menjadi korban dan berhak memberikan nasehat-nasehat…
Atau aku, diam, cuek, seolah tidak terjadi apapun juga, lha wong juga nggak kena…
Atau aku ambil cangkir itu, dan dengan tersenyum mengembalikan ke yang kehilangan cangkir, dan bercanda-canda membangun relasi?
Mana yang aku pilih? Dan ternyata memang lucu ketika pilihan pertama yang diambil….berlebihan lah..