Views: 75
Aku terbang satu awan, melayang tinggi menghias langit, berarak-arak mengikuti tiupan angin membawaku. Bergabung dengan teman-temanku, bergulung bersama, bersatu semakin kuat, hingga saatnya tiba, awan semakin berat, dan aku turun ke bumi, bak bidadari melayang indah. Manusia menyebutku sebagai hujan. Aku terbang ke bawah bersama teman-temanku, dan aku mendarat empuk di hijaunya dedauan, di tengah hutan yang hijau, padat dan lebat.
Aku dan banyak temanku, tinggal nyaman di atas dedaunan, menari-nari riang digoyang angin. Beberapa hari kami bercanda riang dalam mangkok-mangkok dedaunan, bersama riuh rendahnya penghuni hutan, bersama suara kicau beraneka ragam burung, bersama suara auman binatang-binatang penghuni hutan. Beragam pengalaman dilalui teman-temanku, ada yang diminati seekor burung dan diminumnya, ada yang tertiup angin, dan langsung jatuh ke tanah, ada yang tak kuat akan teriknya matahari, dan menguap, melayang ke langit menjadi awan, untuk bertiup ke arah mana angin membawanya.
Dan aku, aku merangkak turun ke dahan, merembes di batang pohon berhari-hari menikmati kehangatan pelukan batang-batang raksasa di lebatnya hutan indah. Setelah berhari-hari, akupun tiba di atas tanah, bersama lembabnya dedaunan kering yang rontok di atas tanah, aku tinggal beberapa waktu menikmati lembabnya dedaunan, hingga aku kembali melanjutkan perjalananku, meresap, masuk ke bumi mengikuti alur akar tunggang pohon. Lagi-lagi, sebagian temanku berpisah dariku, mereka dihisap akar, masuk ke pohon jadi minuman sang pohon. Dan aku terus meresap pelan ke dalam perut bumi yang hangat, berjalan melalui pori-pori perut bumi.
Kembali aku berjumpa banyak temanku yang menikmati segarnya suasana di aliran air tanah. Jauh kami mengalir pelan di perut bumi, bercanda riang dalam dinginnya perut bumi dalam lekuk liku butiran-butiran pasir tanah di perut bumi, aku berjalan pelan.
Dan akhirnya, pada suatu hari, aku lepas keluar dari dalam perut tanah, muncul di pinggiran sawah, tempat banyak berkumpul gadis-gadis desa berenang membersihkan diri, di satu tempat di bawah pohon rindang, di suatu mata air tempat warga desa membersihkan diri bersama-sama. Betapa riang dan gembiranya mereka menikmati kesejukanku sebagai mata air yang mengalir jernih dari dalam bumi. Wajah-wajah ceria menikmati kesejukanku dan teman-temanku.
Setelah berputar-putar sejenak di belik kecil di bawah mata air, aku mengalir pelan meliuk-liuk melewati kali-kali kecil ditengah persawahan. Kadang aku mengalir masuk ke halaman sawah-sawah, memberi minum padi-padi hijau muda yang baru ditanam pak tani, yang melambai-lambai ditiup angin. Padi-padi seakan-akan melambai-lambai mengucapkan terima kasih atas kesegaran yang kuberikan, dan mengantar kembali aku pergi meninggalkannya, meliuk-liuk kembali mengikuti aliran kali-kali kecil, menuju sungai yang lebih besar.
Sungai-sungai yang kulalui sungguh indah, alurnya jelas, kedalamannya memuaskan, sehingga aku dan teman-temanku dapat lewat dengan leluasa di jalan yang seharusnya, kulihat di kiri dan kanan sungai banyak manusia menikmati dan mensyukuri keberadaanku, kadang hanya memandang kagum, kadang ada yang sambil memancing.
Dan akhirnya tibalah aku di samudra luas, menyelesaikan satu tahapan perjalananku.
Terima Kasih Tuhan, atas anugerahmu, Kau ciptakan dan Kau beri aku pengalaman indah melalui perjalananku sembari kuberi makna indah kepada siapapun yang kulewati dan kutemui.Sungguh indah ciptaanMu semua, dan sungguh gembira melihat tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia menikmati keberadaanku dengan penuh suka cita.
Aku adalah air
[soundcloud url=”http://api.soundcloud.com/tracks/502507″ params=”auto_play=true”]