Views: 46
Tiga hari belum sepenuhnya sejak Sabtu, 19 November 2016 kami tiba di rumah Bima di Delft, dan saya merasakan kesan yang kuat atas pesan yang ingin disampaikan Bimo kepada kami, bahwa Bima ingin kami hadir di Delft saat ini, saat Bima telah tiada, saat-saat kami mempersiapkan dan melaksanakan acara mengantar Bimo ke peristirahatannya yang terakhir…rest in peace.
Kuat kurasakan Bima ingin agar kami melihat dan merasakan sendiri kehidupan Bima di Delft, yang sangat mungkin ada beberapa rasa dan pengalaman seperti ini tidak bisa kami nikmati seandainya Bima masih hidup.
Ada beberapa pesan indah yang saya tangkap dari Bima, dan bisa saya pilah menjadi tiga bagian besar:
- Pesan persaudaraan dan cinta
- Pesan iman akan kasih Tuhan
- Pesan mengenal pekerjaan penerbangan
Pesan pertama yang sangat kuat Bima ingin sampaikan adalah pesan persaudaraan dan cinta. Kurasakan Bima ingin menyampaikan bahwa meskipun Bima dan keluarga jauh dari kakak dan adik-adiknya di Indonesia, namun Bima dan keluarga mendapatkan kakak-kakak dan adik-adik baru yang lebih banyak di Delft yang sangat mencintai Bima dan Bima juga mencintai mereka.
Saya bertemu mas Yudhi yang datang dari Jerman, yang banyak bercerita tentang Bima dan masih menyempatkan diri untuk membantu foto copy buku text misa untuk Bima dan hadir di upacara penutupan peti Minggu sore sebelum berangkat kembali ke Jerman. Bertemu juga dengan mas Danang dan Mbak Ira istrinya yang hadir dari Belgia.
Selanjutnya berinteraksi dengan mas Bambang sahabat Bima sejak kuliah di ITB, yang terus berlanjut sampai bekerja bersama di NLR, yang sangat intensif membantu segala macam urusan yang berhubungan dengan kantor, seperti urusan pensiun, kunjungan ke kantor, sampai hal-hal lain yang menyangkut rekening bank, mortgage dan segala hal lain yang perlu pemahaman akan aturan-aturan di Belanda.
Kemudian mas Erwan dan mbak Lelan istrinya yang suaranya sudah saya kenal sejak hari Selasa, 15 November 2016 beberapa saat setelah Bima meninggal, yang langsung menjadi kontak saya selanjutnya untuk bisa berkomunikasi dengan Lala istri Bima, yang membantu kami di Indonesia untuk untuk mendapatkan gambaran situasi di Delft, dan juga sangat akurat membantu kami menemukan kontak person di Kedutaan Belanda di Indonesia, sehingga pengurusan visa bisa kami lakukan dengan super cepat…tidak lebih dari 5 jam segala sesuatunya bisa diselesaikan. Dan kami mendapat cerita juga, bahwa mas Erwan bersama mbak Enik yang membantu memandikan Bimo setelah meninggal, sebelum disemayamkan di dalam peti.
Mas Kondi dan mbak Iin. Mas Kondi adalah sahabat Bima sejak SD, kemudian sekolah yang sama sejak SMP dan SMA sampai berlanjut di dunia penerbangan dan hidup bersama di Delft. Mereka berdua melakukan banyak hal bagi Bima, terutama fokus dalam kegiatan doa-doa bagi Bima secara Katholik. Mulai dari doa Novena yang dimulai hari SEnin, 14 November 2016 dan terus konsisten dilakukan sembilan hari, setiap hari. Mas Kondi dan mbak Iin juga mempersiapkan tata cara dan text-text untuk Ibadat Tutup Peti, Misa Requiem, termasuk mempersiapkan lagu-lagu yang Bima sukai, meskipun belum begitu di kenal oleh teman-teman di Delft sampai misa peringatan tujuh hari. Luar biasa, dengan persiapan yang sangat singkat, dengan kesibukan kerja rutin sehari-hari, serta tantangan mengumpulkan banyak teman di beberapa lokasi, semua acara doa dan misa berjalan dengan sangat lancar dan indah. Persembahan yang mengagumkan untuk Bima.
Mas Tri dan Mbak Enik. Luar biasa, sahabat dan keluarga Bima ini, yang mengkoordinir keseluruhan rangkaian kegiatan mengantar Bima ke peristirahatannya yang terakhir dengan sangat seksama, dengan detail acara yang sangat rinci diperhitungkan dengan seksama waktu dan apa siapanya, sehingga semuanya bisa berjalan dengan sangat baik sesuai yang direncanakan, mulai dari kegiatan Doa tutup peti, misa di gereja, sampai acara di krematorium. Sangat lancar dan mulus. Dan dari cerita Lala, mbak Enik yang juga dengan sangat telaten merawat Bima di kala sakitnya. Terima kasih mbak Enik dan kawan-kawan yang telah mencintai Bima, terutama di akhir-akhir masa hidupnya dan mengantar Bima ke peristirahatannya yang terakhir.
Dan masih banyak lagi teman-teman Bima yang sangat membantu kami, seperti mbak Dian yang mengatur penjemputan kami di Bandara dan mengantar ke Delft, teman-teman yang bergiliran datang ke rumah Bima mempersiapkan makanan, membersihkan rumah, menjaga rumah saat kami semua misa requiem di gereja, teman-teman yang bertugas memfoto, teman-teman dan adik-adik yang menghormati Bima dengan bertugas sebagai pemanggul peti Bima….Masih sangat banyak yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu namanya, bahkan kontribusinya…..maaf
Bagi saya yang baru hanya singkat berada di Delft dan merasakan semuanya ini, sepenuhnya saya percaya, inilah pesan terakhir yang ingin Bima sampaikan ke kami. Pesan persaudaraan, pesan cinta. Dan saya melihat bahwa teman-teman semua telah membuat satu surga yang nyata bagi Bima saat ini, di dini di Delft dengan curahan cinta teman-teman semua.
Tuhan memberkati.