Views: 53
Mas Bayu sudah sms dan menuliskan wara-wara di facebooknya: Sabtu pagi bila tak ada halangan hendak Gowes Cangkringan / Gronggang / Lahar dingin , Bersama teman Gowes dari Riau Om Pambuka Adi, bagi teman2 yg mau gabung bisa kumpul di ringroad jalan kaliurang / apotik kentungan , jam 06:30 ,senggol : Rales Oryza Saragih , Iyan Molen , Moakh Ingindt Cembuh , Andri Andreas Priyanto, Anwar Samsi,Supriyadi Plat Ab, Bagus Abdurrahman Wahid, Dani Indomielezat , Aryo Wikantomo.
Sabtu pagi, 5 Januari 2013, jam enam lebih sedikit mulai keluar dari rumah, menuju ke ring-road Utara, menyeberang dan menyusuri jalan melewati jalur lambat menuju ke perempatan Jakal. Eh, ternyata nggak sampai sepuluh menit sudah sampai di Apotik Kentungan, tempat janjian kumpul. Tempat ini memang sangat strategis untuk tempat kumpul, bagi para penyepeda yang akan gowes ke arah Kaliurang. Tempatnya mudah dimengerti siapapun, perempatan Jakal dan ringroad….nggak bakalan ada yang keblasuk, dan halaman apotik Kentungan cukup lapang untuk berkumpul dan menunggu.
Pagi tadi ada tiga rombongan penyepeda dengan maksud yang sama bersepeda, namun tujuan arah menyepedanya berbeda. Satu rombongan gowes sudah berangkat lebih pagi, sekitar jam 6:15, satu rombongan menyusul dijemput truk. Sepeda dan pengendaranya semua naik ke bak truk untuk menuju satu tempat di lereng Merapi untuk gowes disekitar sana. Dan yang terakhir rombongan kami, yang akan gowes ke arah Cangkringan, Gronggang untuk melihat bekas lahar dingin di kali Gendol.
Perjalanan mendaki melewati jalan Kaliurang memang kelihatannya landai-landai, namun terus menanjak. Dakian ke atas tidak terlalu ekstrem, namun ternyata menguras tenaga juga. Saya sempat merasa kehabisan tenaga, sehingga perlu istirahat beberapa saat memulihkan stamina. Terus naik sepanjang jalan Kaliurang tersebut, sampai kemudian belok ke kanan, ke arah Timur sesaat sebelum UII.
Jalan ke arah Cangkringan ini relatif lebih sepi dibanding jalan utama ke Kaliurang, dan dakian masih terus berlanjut sampai pada suatu titik puncak pertigaan ke arah Kali Adem dan Cangkringan. Dan perjalanan terus lanjut dengan kontur jalan yang sedikit bergelombang, namun relatif agak menurun menuju ke Cangkringan.
Sampai di tujuan, terlihat luar biasa bekas lahar dingin yang saat ini menjadi lautan pasir yang menjadi berkat bagi banyak pencari pasir, yang menggunakan alat-alat berat dan berpuluh truk mengantri untuk membawa pasir ke lokasi-lokasi pembangunan. Dan di pinggir sungai terlihat antena komunikasi dan sound system yang bayangan saya digunakan untuk berkomunikasi dengan daerah yang lebih atas, untuk mendapatkan informasi kemungkinan banjir, untuk bisa segera di komunikasikan ke kalayak di daerah tersebut.
Ada satu pemandangan yang mentakjubkan, ada satu buah batu ukuran luar biasa besar, bertengger di tengah jalan. Saya bayangkan, betapa luar biasa dasyat kekuatan Merapi yang mampu mengirim batu sebesar itu sampai di Cangkringan ini.
Setelah minum teh manis panas, menikmati gorengan dan makan soto, perjalanan pulang dari Cangkringan menuju rumah kami lakukan dengan santai. Jalan pulang terus menurun. Hampir tidak perlu mengeluarkan tenaga. Kami tidak melewati jalan utama, jalan Kaliurang, namun terus menyusuri desa-desa dan persawahan dan ladang yang sangat subur dengan berbagai aneka tanaman sayur mayur dan padi. Abu Merapi telah memberkati tanah di sekitarnya menjadi sangat subur.
Terima kasih mas Bayu dan kawan-kawan, yang telah dengan sangat sabar menemani saya bersepeda, ikut menikmati indahnya lereng Merapi dan melihat tanda kedasyatan Merapi di Cangkringan. Terus semangat gowes. Terima kasih Tuhan.
sama sama terimakasih om Adi .. . jangan kapok gowes bareng bareng kami… dan kalau ke yogyakarta sempatkan gowes bareng kami lagi : masih banyak tempat tempat yang aduhai untuk di nikmati sembari gowes… salam sehat , salam gowes selalu…