Views: 104
Mas Bayu memberi konfirmasi bersedia menemani gowes ke Ujung Selokan Mataram hari Kamis pagi. Janjian kumpul di Tugu Yogyakarta, jam setengah tujuh. Berangkat dari rumah jam enam pagi, sampai tujuan di Tugu masih kurang dari jadwal janjian, dan sudah ada satu orang membawa sepeda duduk di bangku pojok jalan. Saat kutanya, ternyata teman mas Bayu juga yang janjian mau gowes bareng-bareng pagi ini.
Akhirnya kumpul tujuh orang yang melakukan perjalanan pagi ini ke Ujung Selokan Mataram. Mulai perjalanan meninggalkan perempatan Tugu, menuju jalan Magelang, dan mulai menyusuri Selokan Mataram. Jalan di sisi selokan Mataram yang aslinya merupakan jalan inspeksi saluran irigasi ini, sekarang sudah beralih fungsi menjadi sarana transportasi yang cukup padat di sisi Utara Yogyakarta ini, yang memangjang dari Barat di sungai Progo sampai ujung Timur di Sungai Opak, yang mengairi sawah seluas 30,000 ha, menurut informasi yang tertulis di batu prasasti Bendung Kr. Talun saat dilakukan renovasi pada tahun 1980.
Jalur sepanjang Selokan Mataram terasa nyaman, karena juga masih pagi, dan matahari bersinar lembut dari belakang. Jalan yang tadinya mulus, sesampai di bagian Barat berubah menjadi kurang bagus, dan bahkan di beberapa jalur terakhir masih berupa jalan tanah tanpa aspal. Pemandangan sepanjang Selokan Mataram diwarnai pemukiman dan persawahan yang subur yang mendapat air pengairan dari Selokan Mataram.
Pemandangan selokan Mataram sendiri memberikan kilasan balik ke masa belajar di Teknik Sipil, saat mempelajari mata kuliah Pengairan I, termasuk membuat tugas bersama Mirna dan Ahmad Bastomi untuk merancang sistem pengairan. Bangunan-bangunan di sepanjang saluran selokan Mataram sangat lengkap ragamnya, ada banyak tempat ternak mandi dengan bentuknya yang khas, seperti jembatan patah sejajar saluran, kemudian bangunan-bangunan pelepas energi dengan terjunan-terjunan, agar aliran air tetap pada kecepatan yang rendah, bangunan siphon yang digunakan oleh selokan Mataram untuk menyeberangi sungai-sungai yang dilintasinya.
Menurutku istilah Selokan koq kurang tepat, kesannya seperti saluran pembuangan, padahal saluran ini adalah saluran Irigasi yang memiliki banyak syarat, termasuk tidak bercampur dengan saluran pembuangan, atau saluran air hujan, agar kecepatan dan debitnya selalu terkontrol dengan baik untuk mampu mengairi sawah dengan baik seperti yang disyaratkan dalam perancangan.
Tiba di ujung Selokan di Bendung Kr Talun, terlihat pemandangan yang unik. Bendung di Sungai Progo, untuk menaikkan permukaan air, dan membelokkan sebagian air ke arah selokan Mataram melewati terowongan dan melewati saluran seperti track untuk permainan mobil-mobilan anak-anak.
Setelah agak kesulitan mencari tempat istirahat untuk sarapan, kami menemukan satu tempat makan di tengah sawah, yang lengkap sajiannya. Ada soto, serta aneka sayur dan lauk khas desa….dan wedang tape…nggak nyangka, setelah beberapa waktu mencari tempat makan, bahkan seadanya saja kami akan sangat bersyukur, ternyata kami bisa menemukan yang lebih dari cukup, lebih dari yang kami harapkan untuk sarapan pagi ini.
Perjalanan pulang, dengan udara yang sudah agak panas, di pagi hari sekitar jam sepuluhan, kami lalui dengan kecepatan yang relatif lebih tinggi dibanding saat berangkat tadi. Terima kasih untuk mas Bayu dan kawan-kawan semua dari komunitas sepeda di Yogya, saya sangat senang, teman-teman bersedia menemani gowes saya untuk menyusuri Selokan Mataram ini, sampai ke Ancol, sampai ke Bendung Kr. Talun sepanjang 40 km dari jam enam pagi sampai hampir jam sebelas siang ini. Semoga Tuhan membalas kebaikan teman-teman semua. Sampai jumpa di gowes berikutnya..kapan yaaa?