Views: 91
Sabtu, 10 Desember 2016, hari masih gelap, adzan subuh belum juga terdengar, namun kami sudah mulai bersiap-siap untuk perjalanan hari ini. Jam lima pagi sarapan sudah khusus disediakan hotel, setelah melalui beberapa kali diskusi untuk bisa mempersiapkan lebih pagi dari jadwal biasanya.
Mobil pengangkut tas sudah datang, dan segera sesudah memasukkan tas-tas kami ke dalam mobil pengangkut, kami berjalan di kegelapan pagi menuju ke taman kota Bangkinang yang jaraknya hanya sekitar 500m dari hotel Altha, tempat kami menginap. Sebelum berkumpul di taman kota Bangkinang, kami menyempatkan diri foto-foto dahulu di icon tengah kota Bangkinang.
Etappe 1 Taman Kota Bangkinang-Rantau Berangin
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 40 mdpl ke 48 mdpl
- Jarak: 15 km
Di taman kota Bangkinang kami semua yang akan gowes berkumpul, baik dari rombongan PRC, WCC, KGB maupun SEEC. Briefing singkat tentang gambaran perjalanan hari ini diberikan oleh mas Yudy, sekaligus membagikan petunjuk singkat gambaran rute, dan diakhiri dengan doa mohon keselamatan sepanjang perjalanan.
Perjalanan dimulai, dan sudah langsung terlihat mana yang rombongan wus-wus, dan mana rombongan yang weh-weh…, dan otomatis secara alami saya masuk di rombongan weh-weh, yang sabar mengayuh di barisan belakang.
Rute etappe satu ini relatif datar, ajang yang bagus untuk pemanasan sebelum tanjakan-tanjakan menawan yang ngawe-awe, menunggu di depan. Pitstop pertama di Rantau Berangin, di warung soto Minang, tempat saya biasa mampir bersama-sama teman-teman AxiCBIC saat melakukan perjalanan dengan bus ke Payakumbuh untuk gowes di Payakumbuh.
Kali ini saya memilih untuk makan pisang dan minum saja, karena di hotel sudah sarapan.
Etappe 2 Rantau Berangin – Danau Koto Panjang
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 48 mdpl ke 100 mdpl
- Jarak: 23 km
Selepas dari Soto Minang Rantau Berangin langsung mengaspal di jalan yang berliku-luku menyusuri tepi sungai di sebelah kiri dan tebing tinggi di sebelah kanan yang sangat hijau. Epic…..menyenangkan.
Selanjutnya perjuangan melalui jalan-jalan baru yang dibuat sebelum pembuatan waduk PLTA Koto Panjang yang naik turun di banyak titik di tepi tebing-tebing batu coklat. Hari masih pagi, jadi sengatan matahari di tempat yang terbuka masih terasa hangat dan enak.
Tempat foto pertama yang saya tunggu-tunggu adalah di pintu gerbang PLTA Koto Panjang dengan latar belakang bendungan yang gagah.
Segmen ini lumayan “molo” dan membuat rombongan berpisah-pisah sesuai kekuatan dan kenikmatan gowes masing-masing. Yang jelas rombongan WCC, KGB serta PRC semuanya berada di depan ditemani beberapa teman SEEC yang nyaman dengan kecepatan tersebut.
Satu hal yang sangat saya kagumi adalah ketepatan KM-KM hasil survey dari mas Dody dan mas Yudy, di semua titik pitstop, sehingga kami memiliki informasi yang sangat jelas, bisa mengukur tenaga untuk menuju tempat pemberhentian berikutnya.
Next stop adalah di satu tempat yang indah di tepi danau Koto Panjang. Kembali menjadi tempat yang indah untuk aksi mas Asril memfoto-foto rombongan. Mas Asril memang top bener..bintang tour kali ini, yang membawa kebahagiaan bagi para peserta saat menikmati foto-fotonya dan membayangkan aksinya di sepanjang jalan.
Etappe 3 Danau Koto Panjang – RM Rangkiang
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 100 mdpl ke 123 mdpl
- Jarak: 43 km
Jalan mulus yang sepi dengan kontur konsisten naik turun masih terus kami lalui bersama dengan kecepatan masing-masing sesuai kenyamanannya.
Jarak antara satu goweser dengan goweser yang lain semakin jauh. Bahkan ketika saya dan rombongan sampai di pitstop RM Rangkiang sebelum memasuki tanjakan tujuh belas, rombongan depan sudah pergi meninggalkan lokasi pitstop ini. Artinya ya memang jauh beda kami… 🙂
Etappe 4 RM Rangkiang – Kawa Uwo
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 123 mdpl ke 849 mdpl
- Jarak: 17 km
Lha ini, jarak yang hanya tujuh belas kilometer namun menjadi jarak yang paling menantang dengan medan yang naik, naik dan naik..naik terus..sampai-sampai kalau ada jalan datar sedikit saja rasanya sudah menjadi hadiah yang luar biasa di siang hari tersebut.
Segmen ini bagi saya benar-benar manantang, setelah lebih dari delapan puluh KM bersepeda dengan medan naik turun yang lumayan menguras tenaga, karena naik turun berkali-kali berkepanjangan, langsung berhadapan dengan tanjakan-tanjakan panjang yan di hari-hari sebelumnya sudah diperkenalkan dengan nama tanjakan 17 karena panjangnya sekitar 17 km.
Kagum pada semua teman lain yang fully berhasil gowes menaklukkan segmen ini, baik yang konsisten kenceng maupun yang konsisten pelan dengan sabar. Saya belum beruntung, karena memilih SSWA (Selft Stop Work Authority) sekitar 5 km di segmen ini dengan naik mobil evakuasi karena kram dan lapar … :):).
Hampir jam dua siang saya belum nyampe-nyampe di pitstop Kawa Uwo…nggak sabar juga, meskipun masih ada beberapa teman yang masih sangat sabar meniti pelan-pelan segmen ini di belakang saya. Pelajaran hari ini: perlu benar-benar sabar..sabar..sabar mengayuh melalui tanjakan-tanjakan, dan sangu minum dan coklat serta tidak malas-malas ngemil dan minum di sepanjang jalan, agar terhindar dari kram.
Tempat foto yang saya tunggu-tunggu di segmen ini adalah tugu NOL derajat Katulistiwa.
Etappe 5 Kawa Uwo – Kelok Sembilan
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 849 mdpl ke 820mdpl
- Jarak: 8 km
Setelah istirahat beberapa saat untuk makan, sekitar jam 3 siang seluruh goweser rombongan terakhir meninggalkan Kawa Uwo dalam kondisi hujan. Jalan dari Kawa Uwo masih terus menanjak sekitar 3 km sampai di bangunan Warung Bandrek. Perjalanan ini kami lalui dengan kondisi jauh lebih segar dan nyaman dibanding sebelum makan siang. Meskipun jalan masih terus menanjak, dalam kondisi hujan, namun tidak seberat di tanjakan tujuh belas.
Selepas puncak tanjakan, jalan terus menurun menuju ke Kelok Sembilan.
Kelok Sembilan
Jalan yang kami lalui di Kelok Sembilan sekarang ini sebenarnya bukan Kelok Sembilan yang asli, tetapi jembatan yang dibangun di atas jalan kelok sembilan.
Umur Kelok sembilan yang asli sendiri sebenarnya lebih tua dari Indonesia, karena mulai dibangun pada tahun 1908 dan selesai pada tahun 1914 oleh Belanda. Jika direntang lurus panjang Kelok Sembilan hanya 300 meter dengan lebar 5 meter dan tinggi sekitar 80 meter.Kelok sembilan terletak di Kabupaten Limapuluh Kota, tepatnya di di Jorong Aie Putiah, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau. Banyak juga yang keliru menyebutnya berada di Payakumbuh, bahkan ada juga yang mengatakan di Bukittinggi. Dinamakan kelok sembilan karena memang jalan lintas yang merupakan jalur utama Sumbar-Riau ini memiliki sembilan buah tikungan atau kelokan. Di Sumatra Barat, ada lagi kelok empat-empat yang terdiri dari empat puluh empat kelokan di atas danau Maninjau.
Jembatan Layang yang ada sekarang yang kami lalui ini, mulai dikerjakan pada tahun 2003, dikerjakan selama sepuluh tahun, dan diresmikan pada tahun 2013 lalu oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Beberapa kali kami melalui Kelok Sembilan ini, sejak jembatan belum ada, saat jembatan mulai dibangun dan saat dikerjakan, serta setelah jembatan kelok sembilan diresmikan.
Beberapa kalisaya melewatinya, namun baru sekali ini saya menikmati dengan sepeda. Sangat berbeda.
Jembatan Layang yang dibangun di Kelok 9 memiliki enam buah jembatan dengan ruas jalan 13,5 meter. Panjang masing-masing jembatan juga bervariasi, jembatan pertama memiliki panjang 20 meter, jembatan kedua 230 meter, jembatan ketiga 65 meter, jembatan keempat yang merupakan paling panjang memiliki bentang 462 meter, jembatan kelima 31 meter dan yang keenam 156 meter. (Sumber : Info Sumbar)
Etappe 6 Kelok Sembilan – Hotel Mangkuto Payakumbuh
Gambaran singkat rute:
- Elevasi: dari 820mdpl ke 515 mdpl
- Jarak: 25 km
Jalur ini sangat nyaman. Setelah turun,turun, turun terus dari Kelok Sembilan, kemudian melalui jalur yang datar sedikit menurun terus menuju ke Kota Payakumbuh. Perjalanan menuju Payakumbuh ini kami nikmati dalam kondisi hujan lebat.
Kami membatalkan rencana mampir ke Harau karena hari hujan lebat dan sudah terlalu sore.
Menyenangkan perjalanan hari ini, terutama menikmati support dari teman-teman PRC yang menyadiakan semuanya yang kami perlukan agar bisa gowes dengan nyaman:
- tas-tas naik ke mobil
- mobil evakuasi Yang terus siap di sekitar para goweser dengan minuman dan makanan yang diperlukan
- petunjuk perjalanan yang sangat akurat yang telah diberikan sebelumnya maupun dalam bentuk stiker yang kami tempel di sepeda
- Para road captain yang terms mendampingi
Keindahan bersepeda hari ini masih ditambah lagi dengan menikmati semangat mas Asril yang dengan sangat strong maju ngebut bersepeda, kemudian berhenti mengabadikan perjalanan kami dengan memfoto-foto, lanjut lagi ngebut ke depan sambil menggendong kameranya, memfoto lagi…luar biasa.