Views: 200
Hari Jum’at melihat-lihat facebook jogja gowes. Seperti biasa, memonitor rencana teman-teman Yogya yang akan gowes di hari sabtu/minggu. Inilah indahnya Yogya, banyak teman yang rajin bersepeda dan baik hati membagikan rencananya, jadi bagi saya yang di Yogya harnya pada hari Sabtu dan Minggu, dengan sangat mudah untuk bisa ikut serta blusukan gowes di Yogya bersama teman-teman Yogya, bahkan yang belum saya kenal sebelumnya secara langsung, dengan mengikuti informasi kebaikan di facebook.
Dan ketemu, ada mas Febri yang mengajak gowes tipis blusukan di Pleret…nah ini…aku belum pernah pula, dan gowes tipis dengan “iklan” foto yang epic…uiiih..ini yang pas untuk saya untuk berusaha sehat dengan bersepeda sambil mensyukuri kemuliaan Tuhan menikmati ciptaaanNya di sekelilingku.
Sesuai woro-woro di facebook, jam 06:00 pagi kumpul di KM NOL, satu dari sekian banyak tempat yang terkenal di Yogya sebagai tempat kumpul. Sebelum jam enam pagi saya sudah tiba di KM 0, dan di lokasi sudah menunggu mas Yuda, yang memang konsisten tepat waktu kalau janjian. Dan beberapa saat kemudian datang mas Febri, dan langsung berangkat ke titik kumpul berikutnya. Sedikit ada gangguan rantai sepeda, yang mengakibatkan terpisah dari mas Febri, dan bertemu kembali di titik kumpul berikutnya di Mako Brimob Godowulung, termasuk bertemu tiga orang teman lagi, dan bersama-sama berangkat ke arah Selatan.
Tujuan pertama adalah lokasi foto yang dishare mas Febri di ajakannya di facebook, foto kerindangan pohon dengan lorong cahaya di ujungnya dan sepeda di latar depannya, sangat epic dan artistic. Tidak jauh dari tempat kami berkumpul sebelumnya, kami sudah tiba di tujuan pertama ini. Saat tiba di lokasi inipun, saya belum “ngeh”, belum bisa menghubungkan, belum bisa menggambarkan kesamaannya antara tempat yang sedang ada di depan saya ini dengan foto mas Febri.
Tempat ini “sangat biasa” bagi mata saya saat itu, satu jalan desa yang membelah sawah, dengan pohon-pohon di kiri dan kanannya, sangat biasa. Dan setelah berhenti sejenak, kemudian mas Febri memberitahu titik foto, tempat kami berkumpul untuk berfoto dan tempat mas Febri menancapkan tripot kecilnya, mulailah otak ini ngueng-ngueng, berputar-putar, memframing lokasi ini menjadi satu gambaran foto, dan mulailah terbayang hasilnya nanti.
Foto-foto lain bisa dilihat disini.
Sejenak saya terhenyak pada pelajaran berharga hari pagi tadi, bahwa cara mencari titik pandang, cara menikmati suatu tempat, dan cara mensyukuri suatu keindahan sangat membedakan satu pandangan dengan pandangan yang lain. Saya yang pada awalnya tidak mampu menangkap keindahan lebih lokasi ini, sangat berbeda dengan mas Febri yang mampu memframe lokasi yang sama untuk menjadi satu gambaran yang epic, luar biasa. Semoga saya selalu lebih peka untuk menempatkan titik pandang dan cara pandang yang mencintai, agar selalu mampu menikmati indahnya semua.
Suatu tempat adalah tempat itu apa adanya, namun menikmati suatu tempat adalah pilihan otak dan jiwa kita, untuk memilih melihat yang biasa, melihat yang uelek, atau melihat keindahan luar biasa. Tuhan memberi anugerah kepada manusia untuk memiliki kebebasan untuk memilih. Terserah kepada kita untuk menggunakan kebebasan itu, untuk menjadi ulat yang mencemari bunga-bunga yang terindah dan di atasnya meninggalkan jejak kotorannya yang menjijikkan atau menjadi penyiram bunga-bunga untuk lebih memperindahnya.
Aneka gaya, mulai dari foto bersama, foto perorangan dilakukan di tempat ini, di jalan yang membelah persawahan dengan pohon-pohon rindang di kiri dan kanannya yang saling bertemu di tengah jalan membentuk satu terowongan hijau dengan sinar putih dari matahari pagi di arah Timur di kejauhan. Beberapa kali kami menunggu sejenak sesi foto, karena ada kendaraan lain yang melewati jalan desa ini, agar lorong indah ini menjadi milik kami sendiri dan mendapatkan sensasi sunyi ademnya.
Perjalanan berlanjut melalui jalan-jalan pedesaan yang hijau idhum ayem menentramkan, dan uniknya kami berjalan berlika-liku menyusuri tepi sungai Opak, meyeberangi tiga buah jembatan gantung yang bergayut berguna di atas sungai Opak. Ketiga jembatan gantung yang kami lewati tipikalnya sama. Dengan lebar sekitar satu meter, yang hanya bias dilewati kendaraan roda dua bergantian dari satu arah.
Kembali mas Febri, master foto, meminta semua peserta beraksi menyeberang jembatan gantung satu-persatu, dengan terlebih dahulu mempersiapkan diri di ujung jembatan dengan kameranya untuk mendokumentasikan kegiatan penyeberangan. Saya yang biasanya takut-takut melewati jembatan, hari ini rodo dikendel-kendelke karena pingin difoto 🙂
Foto-foto lain bisa dilihat disini.
Selepas berkelok-kelok menyeberangi tiga buah jembatan gantung, kami kembali ke jalan utama, Jalan Imogiri Timur, meluncur ke arah Selatan, kemudian sedikit memasuki jalan Imogiri-Siliuk-Panggang, sebelum belok ke kanan menuju Bendung Tegal di sungai Opak. Satu bendung besar yang epic.
Bentung Tegal yang berlokasi di desa Kebon Agung kecamatan Imogiri Bantul adalah bendung yang membentang di aliran Sungai Opak. yang diresmikan oleh pemerintah pada Tahun 1997,
Kembali sesi foto-foto di tepi bendung, termasuk aksi mas Febri memfoto dari atas pohon untuk mendapatkan view yang indah. Di ujung Selatan gowes kami hari ini diakhiri dengan makan mie ayam bersama di dekat bendung Tegal ini…uenak…….meski perlu nunggu masak dulu sekitar 30 menit.
Selesai sarapan mie ayam, perjalanan kembali pulang dimulai, menyusuri jalan-jalan tanah, kadang single track, kadang di tepi saluran irigasi tersier di tengah sawah, sejajar dengan Jalan Imogiri Timur, kembali di tepian sunga Opak di sisi Baratnya, kemudian menyusuri sisi Timur Sungai Code, sampai bertemu ringroad Selatan, untuk membali ke rumah masing-masing. Rute yang epic, namun jangan minta ke saya untuk menunjukkan rutenya,untuk melewati rute yang sama…nggak ingak…. 🙂
Terima kasih untuk teman –teman gowes pagi ini….sangat menyenangkan menikmati sebagian dari Pleret, Imogiri dan Bantul. Tuhan memberkati kita semua untuk mensyukuri keindahan ciptaanNya.