Views: 106
Gowes di Tol Kahyangan Gunung Merbabu memang menyenangkan. Tol yang satu ini memang jauh lebih sempit dan jauh dari kemulusan jalan tol yang biasa kita kenal. Ini adalah satu jalan yang dicor semen selebar kurang lebih 2.5 meter, berujung di jalan antar provinsi Boyolali-Blabak, yang tajam menanjak. Posisinya yang membelah persawahan dan perkampungan di di Lereng Gunung Merbabu mengarah ke atas bukit akan terasa seperti perjalanan menuju ke Kahyangan di Desa Wonolelo, Kec. Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Minggu, 18 Agustus 2024, kami berempat, bang Yos, mas Indul, dr Har dan saya, berangkat dari Yogya jam 05:30 dengan menaiki mobil double cabin dokter Har. Perjalanan menuju titik start gowes kami di kecamatan Dukun kabupaten Magelang kami temput sekitar 1 jam. Setelah mempersiapkan sepeda, sekitar jam 07:30 kami mulai perjalanan bersepeda menuju ke Tol Kahyangan
Perjalanan kami mulai di Kecamatan Dukun yang berada di bagian jalan Muntilan-Talun-Selo. Jalan ini sudah sangat sering kami lalui ketika melakukan event Gowes Merdeka seja. Elevasi di loksai start kami lihat di ketinggian 600 meter. Dan kami tahu tempat tujuan kami berada di ketinggian 1300m, dengan jarak sekitar 13 km. Jadi kami akan menikmati perjalanan mendaki sekitar 700m dengan jarak sekitar 13km itu.
Kami mengaali perjalanan melewati jalan Muntilan-Talun-Selo sekitar 2 km, kemudian belok kiri menyeberang Jembatan Tlatar menuju jalur Blabak – Boyolali yang melewati Ketep Pass. Saat terakhir kami melalui jembatan Tlatar ini bentuknya masih jembatan gantung, yang sudah tidak dipergunakan lagi. Kami melalui jembatan baru yang bia dilewati mobil.
Hanya berjalan sekitar 600 meter kami sudah sampai di jalan yang jauh lebih ramai, yaitu jalan tembus ke Ketep,yautu jalan Blabak-Boyolali/Salatiga. Jalan masuk terus menanjak, dan semakin tajam tanjakan-tanjakan di jalur ini. Setelah kami berjalan sekitar 5.5 km melalui tanjakan-tanjakan yang menyenangkan, kami tiba di persimpangan jalan.Jalur kekiri akan menuju Salatiga, dan jalur ke kanan akan menuju ke Selo/Boyolali. Di titik persimpangan ini elevasi sudah di sekitar 1115 meter.
Perjalanan kami lanjutkan dengan berbelok ke kanan ke arah Selo. Kami masuk jalan berliku-liku, dan turun sepanjang sekitar 1 km sampai elevasi sekitar 1150 m, kemudian jalan rolling-rolling dan etap berluku-luku sampai tiba di perempatan jalan dengan patung di tengah jalan. Dari pertigaan Ketep sampai di perempatan jalan menuju Air Terjun Kedung Kayang ini jaraknya sekitar 3km.
Kami melihat penunjuk arah lurus ke Air Terjun Kedung Kayang hanya berjarak 200m. Kami putuskan untuk mempir ke tempat wisata ini terlebih dahulu. Mumpung sampai di sini. Memang benar. Hanya berjarak sekitar 200m, kami sudah tiba di loket masuk tempat wisata Air Terjun ini. Dengan membeli tiket sebsar Rp. 4.000/orang plus biaya parkir sepeda Rp. 500,- kami masuk ke tempat wisata ini melihat Air Terjun Kayak yang indah.
Sebentar kami berfoto-foto di sisi atas bagian depan air terjun. Kami tidak berjalan kaki turun ke bawah air terjun, meskipun disediakan jalan bertangga.Kami hanya sebentar di lokasi ini dan melanjutkan perjalanan lagi menuju ke Tol Kahyangan.
Perjalanan berlanjut kembali ke perempatan jalan yang ada patungnya, dan belok kanan ke arah Selo. Hanya sekitar 500 meter ke arah Selo, kami sudah sampai di pintu gerbang Tol Kahyangan di satu kelokan tajam. Belok kanan adalah jalan ke arah Selo, dan lurus masuk ke pintu gerbang untuk menuju ke Tol Kahyangan.
Perjalanan dari pintu gerbang Tol Kayangan di pinggir jalan Boyolali-Blabak sampai ke tempat tujuan dengan bangunan gerbang mirip benteng berjarak sekitar 1.7 km. Kami berjalan dari elevasi 1117m di pinggir jalan Boyolali Blapak sampai ke elevasi 1300m, di ujung perjalanan. Tanjakan-tanjakan di segmen terakhir ini luar biasa menantang.
Jalan yang kami lalui ini adalah jalan cor beton dengan lebar sekitar 2.5 meter.Dan saat kami melihas sekitar jam 9 pagi, sudah banyak wisatawan yang naik menggunakan mobil. Saya memilih turun dari sepeda dan menuntun sepeda saat berada di tanjakan tajam dengan klakson mobil di belakang. Pilihan itu saya ambil, karena di jalan menanjak, kadang saya tidak kuat dan arah jalan saya agak mleyar-mleyor ke tengah, dan tentu akan mengganggu mobil yang akan melintas di jalan sempit itu.
Pagi itu sangat cerah, dan kami bisa melihat puncak Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sisi kanan perjalanan kami. Saat itu kami berada di sisi Utara dari dua gunung tersebut.Dan pemandangan punggung-gunung dengan lahan pertaniannya, menambah indah pesona pemandangannya.
Jalan sepanjang 1.7km ini membelah lahan pertanian dan perkampungan-perkampungan di punggung gunung Merbabu ini. Beberapa warung kecil tersedia di sisi kanan jalan di bibir lembah. Gunung Merapi dan Merbabu bisa penuh dinikmati sambil ngeteh melepas lelah sejenak.
Tiba di gerbang berbentuk benteng sekitar jam 10.30 menjadi sensasi tersendiri yang kami nikmati dengan penuh syukur. Lokasi gerbang benteng ini memang sangat bagus. Berada di puncak ketinggian. Jalan ke depan melalui gerbang benteng berubah jalan kelak-kelok menurun membelah ladang yang indah dilihat dari gerbang benteng ini.
Di sekitar benteng juga tersedia banyak bangunan-bangunan untuk tempat wisata, seperti Pegasus, bangunan bangunan Kastil, seperti layaknya di Kahyangan. Juga tersedia tempat parkir yang luas dan juga warung-warung di tepi lembah yang menyuguhkan pemandangan yang indah ke arah gunung Meapi dan Merbabu. Tol Kahyangan Merbabu memang indah, dan layak dikunjungi.
Hampir satu jam kami duduk ngeteh, ngopi dan makan gorengan tempe medoan, pisang dan ketela di salah satu warung sambil menikmati gunung Merapi dan Merbabu yang tampak jelas hati itu. Kami lihat semakin siang semakin ramai mobil-mobil berdatangan. Di berapa titik terdapat pengaturan-pengaturan arus mobil agar bisa berjalan satu arah bergantian mengingat jalannya tidak memuntkinkan simpangan di beberapa bagian dari tanjakan itu.
Perjalanan turun dari lokasi wisata sampai ke tepi jalan raya Blabak-Boyolali memerlukan kewaspadaan yang berbeda dengan perjalanan datangnya tadi.Jalan turus terus, dan dibeberapa bagian turun sangat tajam. Jadi benar-benar mengandalkan rem sangat intensif. Beberapa kali saya behenti dan memegang roda. Besi di roda terasa sangat panas karena gesekan rem yang terus menerus. Saya khawatir juga kalau ban pecah karena panasnya. Untuk jalan turun ini perlu benar-benar hati-hati dan fokus. Dan kadang saya tuntun juga saat turunan sangat terjal, apalagi ada mobil baik dari arah belakang maupun depan.
Kami putuskan jalan pulang tidak melalui Ketep, namun kami melalui jalan tembus dari simpang empat menuju Air Terjun Kayang dengan lurus untuk menuju jalan Muntilan -Talun-Jrakah, yang merupakan rute Gowes Merdeka kami sebelumnya.
Mulai dari simpang empat yang ada patungnya itu jalan turun terus sampai ke satu jembatan sungai di lembah yang dalam. Jarak sekitar 1.5km turun dari elevasi 1090m ke 950. Jalan memang tidak sebagus di jalan utama, namun pemandanagannya bagus juga melalui ladang dan pedesaan-pedesaan. Setelah sampai di jembatan yang berada pada elevasi paling rendah, jalan sedikit menanjak, tapi tidak begitu tinggi dan tidak begitu panjang, sampai kami ketemu jalan pedesaan, dan sebentar kemudian sampai di jalan aspal jalur jalan Gowes Merdeka, jalan Muntilan-Talun-Jarkah-Selo yang sudah kami kenal.
Lanjut menuju ke Dukun untuk menyelesaikan acara Gowes menyenangkan hari itu. Terima kasih dr Har, mas Indul dan bang Yos. Sampai ketemu di gowes menyenangkan berikutnya.