Views: 140
Ibu Sukeni atau biasa kami memanggil Bu Keni adalah salah satu sesepuh keluarga yang masih sugeng yang tinggal di Aglik. Bu Keni sangat perhatian kepada keluarga besar. Selalu hadir dalam pertemuan-pertemuan trah, dan juga perhatian pada makam-makam leluhur. Berdasar informasi dari Pak Cung atau Pak Sutarmo, bu Keni meminta pak Sutarmo untuk bisa hadir ke Aglik untuk diberitahu makam mbah Setrorejo dan mbak Senik. Bahkan sebenarnya yang ditimbali itu semua keturunan mbah Senik, karena umumnya para keturunan mbah Senik tidak tahu di mana makam mbah Senik itu.
Awal bulan Juni 2023, saya membaca info di WAG keluarga bahwa Pak Sutarmo atau pak Kuncung akan ke Aglik untuk mengunjungi makam-makam para leluhur. Kebetulan Damai putri Pak Kuncung akan ke Yogya dari tgl 14 s/d 19 Juni, jadi Pak Kuncung mau ikut ke Yogya dan Pak Kuncung menjanjikan bu Keni untuk datang ke rumah Bu Keni di Aglik tanggal 17 Juni 2023. Ternyata cerita dibalik layarnya, Pak Kuncung ditimbali bu Keni untuk diberitahu makam Mbah Setrorejo dan mbah Senik. Beberapa waktu kemudian Ibu Keni menghubungi saya juga, dan meminta saya untuk ikut ke Aglik. Saya merasa bu Keni ingin menjelaskan sesuatu, karena ketika mendekati jadwal pak Kuncung akan ke Aglik, bu Keni kembali menghubungi saya, memastikan saya bisa ikut datang.
Sabtu, 17 Juni 2023, berangkat pagi hari naik kereta api dari Yogya dan turun di Stasiun Kutoarjo. Sudah janjian dijemput mas Andoko untuk ke rumah ibu Anik di Susuk, Ngombol terlebih dahulu untuk melihat secara langsung tempat Reuni Trah yang rencananya akan dilaksanakan di tanggal 15 Juli 2023. Kereta api Yogya-Kutoarjo sangat nyaman. Namanya kereta api Prameks. Hanya berhenti di stasiun Wates, Mojo dan Jenar, sebelum turun di Kutoarjo.
Sesuai rencana dibonceng mas Andoko, kami sarapan dulu di Warung Makan Asli mbah Pawiro di Jalan Randu Gapit Kutoarjo. Makanan jawa asli. Enak. Sesudah makan langsung ke Susuk Ngombol ke rumah Bu Anik melihat situasi dan kondisi tempat acara reuni nanti.
Di Aglik di rumah Ibu Keni
Sesudah cukup melihat tempat dan sedikit foto-foto, kami berdua langsung meluncur ke Aglik ke rumah Bu Keni. Di rumah bu Keni sudah ada beberapa saudara. Yang saya ingat selain bu Keni, sudah ada mbak Wiwik dan mas Asoko. Mereka berdua juga termasuk keturunan dari Ki Setromenggolo.
Benar seperti dugaan saya, ibu Keni benar-benar serius mempersiapkan acara hari Sabtu, 17 Juni 2023 ini. Bu Keni tidak sendirian, bu Keni mengajak banyak saudara keturunan Mbah Setrorejo dan mbah Senik untuk ikut hadir. Juga bu Keni sudah mempersiapkan banyak makanan yang tersaji di meja. Aneka makanan khas desa yang enak-anak semua.
Berselang tidak terlalu lama, Pak Kuncung yang ditemani mbak Nusi dan mbak Ani dari Yogya tiba di rumah Bu Keni. Setelah ngobrol sejenak, bu Keni mengeluarkan buku silsilah, dan menerangkan gambaran makam-makam keluarga yang akan ditengok hari ini di Sirangkang dan Bantengan. Bu Keni berkali-kali menekankan, mengharapkan generasi yang lebih mudah untuk tahu juga di mana makam-makam para leluhurnya.
Pemakaman Sirangkang
Berangkat dari rumah Bu Keni dengan dua mobil, kami berjalan menuju ke Pemakaman Sirangkang. Pemakaman Sirangkang terletak di tengah sawah pinggir jalan Kutoarjo – pantai Ketawang di dekat SPBU Grabag. Di Google map lokasi berada di sini: https://goo.gl/maps/QE3oCtFFwLmbZAmp8. Berada di belakang satu stasiun pengisian BBM Pertamina Gas Station 44.541.10 Aglik atau dikenal sebagai SPBU Grabag.
Dua buah mobil yang kami pergunakan diparkir di SPBU ini, dan kami berjalan kami menuju ke lokasi pemakaman yang arahnya berada di belakang pompa bensin ini. Bu Keni bergerak menggunakan kursi rodanya, dan pak Sutarmo dibonceng sepeda motor.
Ketika berjalan menuju ke lokasi makam, kami diberitahu di sisi sebelah kanan ada salah satu makam, yaitu makam ayahandanya Ibu Mulyati atau kakeknya Sulis yang bernama Mbah Saring Surowinangun.
Bu Keni segera menempatkan diri di tempat yang teduh, dan kami semua yang hadir berdiri mengelilingi bu Keni yang memerikan penjelasan mengeni leluhur-leluhur kami yang dimakamkan di Sirangkang ini.
Bu Keni menerangkan bahwa sepengetahuannya ada tiga leluhur kita yang dimakamkan di Sirangkang ini, yaitu Ki Setroredjo, Nyi Senik dan Siwo Wiro/Nyi Rumiyah.
Ki Setrorejo adalah simbah kakungnya Pak Sutarmo dan Bu Keni. Ki Setrorejo yang menikah dengan Nyi Senik memiliki tiga orang putra, yaitu Ki Radjab (ayahandanya Pak Sutarmo), Ki Kaeran (ayahandanya Ibu Sukeni) dan Ki Kaeni (ayah mertuanya mbak Wiwik yang hari itu ikut mengantar kami ke Makam Sirangkang ini.).
Sebelum menikah dengan Nyi Senik, Ki Setrorejo sudah menikah dengan Ny. Setrorejo (saya belum tahu nama aslinya), dan memiliki putri yang bernama Nyi Rumiyah, yang menikah dengan Ki Wiro. Maka sering dipanggil Siwo Wiro.
Nyi Senik adalah simbah putrinya Pak Sutarmo dan Bu Keni. Setelah Ki Setrorejo dipanggil Tuhan, Nyi Senik menikah dengan Ki Haji Dahlan yang merupakan adik kandung Ki Setrorejo. Nyi Senik dan Ki Haji Dahlan memiliki beberapa putra dan putri, yaitu Surtinah, Djemirah, Kalimah dan Ngaisah. Surtinah adalah eyang putrinya mas Asokodarmo yang juga ikut menemani kami ke Pemakaman Sirangkang hari itu.
Nyi Rumiyah adalah putri dari Ki Setrorejo dan Ny. Setrorejo (istri pertama Ki Setrorejo). Nyi Rumiyah ini menikah dengan Ki. Wiro, sehingga populer dipanggil Siwo Wiro. Nyi Rumiyah ini adalah eyang putri dari Mbak Nanik Suharni yang hari itu juga ikut menemani kami di pemakaman Sirangkang ini.
Ibu Keni juga bercerita bahwa beberapa tahun yang lalu di atas makam Ki Setrorejo dan Nyi Senik ini terdapat bangunan rumah-rumahan, namun karena termakan oleh waktu, banyak dimakan rayap. Dan berdasarkan keputusan keluarga, bersama Pak Triyoso bangunan rumah-rumahan itu dibongkar, dan batu nisannya diperbaharui dengan batu nisan hitam yang juga masih ada sampai saat ini.
Selain daripada itu, sudah agak lama Pak Sutarmo yakin bahwa Ki Setromenggolo, yaitu ayahanda dari Ki Setroredjo dan Ki Haji Dahlan dimakamkan juga di Sirangkang. Pak Sutarmo masih ingat beberapa kali diajak Ibu Suratini berziarah di makam Ki Setromenggolo di Sirangkang ini, namun tidak ada saudara lain yang tahu mengenai lokasi makam Ki Setromenggolo di Sirangkang ini. Cerita lebih detail tentang Makam Ki Setromenggolo ini bisa dilihat di link ini. Jadi informasi dari dua sesepuh kami, Ibu Keni dan Pak Kuncung saling melengkapi satu sama lain. Dan uniknya apa yang diketahui pak Kuncung mengenai makam Ki Setromenggolo itu tidak diketehui Bu Keni, dan sebaliknya apa yang diketahui oleh bu Keni mengenai makam Ki Setrorejo dan Nyi Senik tidak diketahui Pak Kuncung sebelumnya.
Pemakaman Bantengan
Selesai dari Pemakaman Sirangkang, kami berangkat menuju ke Pemakaman Bantengan. Pemakaman ini berada di dalam desa Aglik.
Perjalanan dari Pemakaman Sirangkang ke Pemakaman Bantengan kami lalui lewat jalan raya Kutoarjo-Pantai Jetis/Pantai Ketawang, lalu masuk ke arah Timur ke Aglik. Di pemakaman Bantengan sudah menunggu juga Mbak Rini putri dari Pak Gatot Pujodarmo yang dimakamkan di Bantengan ini.
Seperti yang dilakukan bu Keni di Pemakaman Sirangkang, bu Keni kembali duduk dan memberikan penjelasan panjang lebar tentang leluhur dan saudara-saudara kami yang dimakamkan di tempat ini. Ada cukup banyak yang dimakamkan disini. Ini daftar nama-nama yang sempat saya catat, dan kemungkinan masih ada lagi yang terlewat, yaitu Ki Haji Dahlan, Ki Kaeran dan Nyi Soemarni istrinya, Ki Kaeni dan Nyi Tijah istrinya, Nui Surtinah dan Ki Sudiro suaminya , Nyi Djemirah dan Ki suradi Suaminya, Ki Wiro suami dari Nyi Rumiyah, Mbah Usup, mbah Mangkudimejo dan Ibu Sutiarsih atau Ibu Denok istrinya, Bapak Haryadi, Ibu Sri Redjeki, Pak Ismail, Pak Suprapto, Pak Sudarno, Pak Heru Suwito, Pak Triyoso, Pak Dawam, Pal Suharto, Pak Sunteki, Ibu Sulastri dan Pak Gatot Pujodarmo.
Ki Haji Dahlan adalah putra dari Ki Setromonggolo. Juga adik dari Ki Setroredjo. Yang menikah dengan Nyi Senik setelah Ki Setroredjo meninggal dunia..
Ki Kaeran adalah putra dari Ki Setrorejo dan Nyi Senik. Dan Nyi Soemarni adalah istri dari dari Ki Kaeran. Mereka adalah orang tua dari Pak Ismail, Pak Suprapto, Pak Sudarno, Pak Heru Suwito dan Pak Triyoso yang juga dimakamkan di sini. Ibu Sukeni juga putri dari Ki Kaeran dan Nyi Senik yang menjadi sumber informasi bagi kami semua
Ki Kaeni adalajh putra bungsu dari Ki Setrorejo dan Nyi Senik. Dan Nyi Tijah adalah istri dari Ki Kaeni.
Pak Dawam adalah putra dari Ki Kaeni dan Nyi Suwarti. Istri pak Dawam bernama mbak Wiwik yang ikut serta ke makam membantu memberikan informasi makam keluarga di Bantengan ini.
Ki Wiro adalah suami dari Nyi Rumiyah (Putri dari Setrerejo dan Ny. Setrorejo)
Pak Mangkudimejo adalah putra dari Ki Wiro dan Nyi Ruwiyah. sedangkan Ibu Sutiarsih atau Bu Denok adalah istri dari Pak Mangkudimejo. Pak Haryadi dan Ibu Sri Redjeki adalah putra putri Pak Mangku dan Ibu Denok yang juga dimakamkan di Bantengan ini. Ibu Nani Suharni yang juga putri dari Pak Mangku dan Ibu Denok hadir turut hadir di Pemakaman Sirangkang dan Bantengan, banyak membantu memberikan informasi juga.
Pak Usup juga merupakan putra dari Pak Wiro dan Nyi Rumiyah.
Ibu Surtinah adalah putri dari Ki Haji Dahlan dan Nyi Senik. Sedangkan Pak Sudiro adalah suami dari Ibu Surtinah, dan Pak Suharto adalah putra dari Pak Sudiro dan Ibu Surtinah. Mas Asokodarmo yang ikut serta menemani kami ke Pemakaman Sirangkang dan Bantengan adalah putra dari Pak Suharto
Ibu Djemirah juga putra dairi Ki Hadji Dahlan dan Nyi Senik, dan Pak Suradi S adalah suami dari Ibu Djemirah. Sedangkan Pak Sunteki, ibu Sulastri dan Pak Gatot Pujodarmo yang juga dimakamkan di sini adalah putra putri Ibu Djemirah dan Pak Suradi S. Sedangkan satu putrinya yang lain, yaitu Ibu Supini, dimakamkan di Patutrejo. Mbak Rini yang hadir di pemakaman Bantengan adalah salah seorang putri dari Pak Gatot Pujodarmo.
Apik Mas Adi, informasi yang sangat bermanfaat untuk para generasi sekarang dan selanjutnya untuk mengenal nasab.
Btw, saya malah salfok info tentang Rumah Makan Mbah Pawiro (sambal goreng tempe, mangut lele) hehehe. Lanjutkeun Mas Adi.
hehehehhe pilihan lawuhe mbah Pawiro sing isih kuingat juga dik Wahyu……