Visits: 122
Iming-iming numpak sepur dan bersepda seli memang menggiurkan. Apalagi laporan-laporan survey dokter Wowo yang terus gencar dengan foto-foto yang mingini. Dan hari Sabtu, 15 Juni menjadi pengalaman pertama berkereta api dan bersepeda. Nyepur dari Yogya ke Kutoarjo, bersepeda ke Wadaslintang dan nyepur balik Kutoarjo ke Yogya. Menyenangkan.
Jam 03:10 dinihari dokter Har sudah nelpon, sudah nunggu di luar rumah..Untung sudah hapal kebiasaan dr.Har..janji jam 03:30 menjemput, jam 03:10 sudah datang. Gubrag-gubrag menyelesaikan persiapan, mengeluarkan sepeda lipat dan meluncur menuju ke stasiun Tugu. Kepagian sampai stasiun Tugu pun, mas Heru “Wong Bodong” Sutanto sudah menunggu. Setelah melewati proses checkin yang sedikit ribet, kami sudah bersiap di peron, disebelah kereta api Pramex yang belum dibuka pintunya. Menunggu sambil sarapan gudeg telur tahu Yogya. Joss.
Jadwal kereta api Pramex tepat. jam 04:30 kereta berangkat. Dan tepat juga tiba di Kutoarjo. Jam 05:40. Langit terlihat gelap. Dan memang sepanjang perjalanan menuju Kutowinangun, kami diguyur hujan. Hujan Kepagian yang menghangatkan.
Mulailah kami menapaki jalur yang sudah direncanakan dengan sangat matang oleh dr. Wowo, yang sudah ngiming-imingi lewat foto survey-surveynya.
Etappe pertama adalah perjalanan menyusuru jalan antar Kota dari Kotoarjo-Prembun=Kutowinangun. Pagi ditemani hujan di sebagian besar perjalanan 20 km etappe pertama ini di akhiri dengan hangatnya kopi dan teh di Warung Asli Kutowinangun yang legendaris. Selain kopi dan teh, tersedia juga jadah, krasikan, dan bakwan goreng. Sayang pisang gorengnya belum siap. Sesuai perkiraan, kami tiba di Warung Asli ini sekitar pukul tujuh.
Etappe ke dua adalah menu utama racikan dokter Wowo ini. Perjalanan menulu ke Waduk Wadaslintang via Poncowarno. Perjalanan sektar 26 km. Jalanan rolling-rolling menyanangkan, dengan tanjakan yang nyaman ditempuh dengan seli. Pedesaan dan sawah terasering bergantian menemani perjalanan. Semua santai dan banyak ketawa dan foto-foto sepanjang jalan. Kadang ada yang sedikit jauh di depan, ada yang beristirahat sebentar di belakang. Namun akan segera berkumpul kembali di tempat foto-foto bersama. Banyak foto di perjalanan ini, termasuk di jembatan di hilir dari bendungan wadas lintang, dengan latar belakang tebing tinggi hitam.
Dan kami agak lama berfoto-foto di atas bendungan Wadas Lintang, melihat waduk yang terbendung di satu sisi, saluran spill way di sisi yang lain, dan bangunan PLTA jauh di bawah kami.
Lanjut lagi perjalanan menuju arah ke Wonosobo. Nggak jauh-jauh sih, hanya sekitar 3km dari atas Bendungan tadi. Tiba di pitstop utama. Makan pepes Nila mak nyusss di Warung Bu Biru yang tersohor, di sisi kiri jalan. BIsa milih sendiir pepes Nila yang sudah jadi dibungkus daun pisang. Bisa pilih yang besar, atau yang agak kecil. Bener-bener enak..sangat recommended untuk didatangi dan dinikmati.
Etappe terakhir gowes seli kali ini adalah perjalanan kembali ke stasiun Kutoarjo. Perjalanan melawati jalan yang berbeda dari jalan berangkat tadi. Kami melalui jalan ke arah Prembun/Pituruh. Baru jalan sebentar, eh mampir lagi di Warung Kopi Ayu yang viral di Youtube. Cari sendiri kenapa viral yaaa. Dokter Wowo memang pinter merencang perjalanan seli kali ini. Berangkatnya melalui jalur yang rolling-rolling dengan beberapa tanjakan yang bagi saya perlu memanfaatkan gir triple saya di depan, dan 42 di belakang. Sedang pulangnya melalui jalur yang relatif turun terus tanpa rolling-rolling. Pas banget buat jalan pulang, tinggal ngerem-ngerem.
Agar bisa lebih banyak melewati jalan-jalan desa, yang bukan antar kota, kami tidak terus turun menuju Prembun, tetapi belok kiri melalui Pituruh dan langsung tembus jalan antar kota di dekat Jembatan Butuh, dan tentunya mampir di Dawet Ireng JEBatan BUTuh yang melegenda, yang berada di kanan jalan setelah Jembatan Butuh saat perjalanan kembali ke Kutoarjo ini.
Tiba di Stasiun Kutoarjo sektar jam 13:30. Masih banyak sekali waktu untuk duduk santai menunggu kereta api kembali ke Yogya pada pukul 15:50.
Terima kasih teman-teman semua, mas Anas, dr. Har, mas Luddy, mas Indul, dr. Bhirowo, mas Tri Budi, bang Yos, mas Benny, mas Heru “Wong Bodong” Sutanto, tiga teman resident anestisi (maaf lupa namanya), dan dr. Wowo yang pinter memilih dan merencanakan jalur yang menyenangkan.