Views: 61
Bukan hanya karena lebih kuat. Bukan karena karena lebih pintar, yang bisa membantu dan menyenangkan orang lain. Namun meskipun lebih lemah, lebih tidak pinter, bisa juga berguna bagi orang lain. Itu pilihan. Pilihan untuk melakukan kebaikan dan pilihan untuk selalu mensyukuri kebaikan orang lain.
Selasa, 11 September 2018 peringatan Islamic New Year 1440H. Tahun Baru Islam. Siji Suro. Kami bersepeda bersama. Rombongan lebih dari dua puluh orang bersepeda dari Purwokerto ke Yogya. Bukan memilih jalan yang lebih ringan. Bukan melalui jalur Selatan Gombong-Kebumen-Jalan Dandles Yogya.
Kami memilih jalur yang lebih menantang. Purwokerto-Banjarnegara-Kertek
Diawali dengan jalur datar nyaman, Purwokerto-Banjarnegara. Mulai menanjak sedikit-sedikit sampai Selomerto. Simpang kalau ke kiri ke Wonosobo. Kami ambil jalur ke kanan langsung ke Kertek. Nah, mulai ini. Tanjakan sebenarnya tidak terlalu tajam. Namun karena sudah gowes Sembilan puluh kilometeran, dan hari panas. Maka untuk ukuran saya, ini sudah mendekati batas kekuatan saya.
Jalur sepanjang sekitar 11km menuju pasar Kertek saya lalui dengan penuh hikmat. Thimik-thimik.
Selepas Kertek dan sesudah makan, jalur menuju Borobudur recara keseluruhan memang menurun, namun ada sekitar tiga buah tanjakan yang setiga kali. Bukan sekali lagi. Memaksa saya untuk memilih menuntun. Super thimik-thimik.
Saat menikmati tanjakan-tanjakan ini, kesempatan belajar.
Ditemani dr. Har. Dr. Har ini salah satu dari teman sepedaan kami yang paling kuat. Dan gemar memberi tahu. Bagi saya ini menyenangkan. Dr. Har menemani saya thimik-thimik. Sambil memberitahu untuk genjot pelan-pelan. Jaga keseimbangan. Tetap terus jalan sesampai di puncak tanjakan. Saat jalan rata. Terus jalan pelan tanpa merubah gigi. Sehingga genjotan menjadi super ringan. Terus jalan sambil istirahat katanya.
Ditemani mas Indul. Ini juga salah satu teman yang kuat di team kami. Kalau mas Indul gaya menemaninya berbeda. Nggak banyak omong. Terus membuntuti di belakang. Kalau agak bosan atau mungkin ngantuk dibelakang saya, mas Indul akan ngebut sebentar. Kemudian leyeh-leyeh di depan. Sampai saya lewat, mas Indul terus duduk. “Nanti kususul”, katanya. Ini menyenangkan juga.
Ditemani, mas Benny, semoga ndak isin. Mas Benny ini, kuat dan kenceng jalannya, namun hampir bisa dipastikan akan kleyer-kleyer pelan saat di tanjakan. Nah, saya nyaman jika bareng mas Benny. Dikancani nggremet. Bersama mas Benny bikin ayem, ono koncone bareng. Menyenangkan juga.
Ditemani mas Anas. Awalnya selalu sampaikan ayo jalan pelan-pelan sama-sama. Sebentar kemudian sudah wes-wes..blas. Ilang buntute. Ora popo. Memang bersepeda itu nyaman saat berjalan sesuai dengan iramanya sendiri. Blas-blas-blas, terus menunggu di pitstop berikutnya. Ini menyenangkan juga.
Ditemani dr. Bhirowo. Selalu di depan di jalan datar dan turunan. Kendel banget. Dan nanti di tanjakan-tanjakan, siap dengan mobil pengawalnya. Sambil senyum-senyum nawari. Bikin ayem ada yang siap membantu. Ini menyenangkan banget juga.
Nah. Untuk menyenangkan orang lain, tidak selalu harus sama. Tidak selalu harus kuat. Tidak selalu harus memiliki kelebihan. Tidak selalu harus hebat. Kekurangan dan kelemahan bisa ngayemke orang lain juga. Berbuat baik itu pilihan. Dan menikmati kebaikan orang lain, pilihan juga.
Salam belajar hidup dari sepeda.