Views: 83
Sabtu, 15 Agustus 2015 siang saat perjalanan Gowes Merdeka, kembali dari arah Klaten menuju Yogya, bertemu beberapa motor gede, berjalan sangat kencang di lalu lintas jalan Solo Yogya yang ramai dengan suara menggelegar motor dan ditambah meraung-raung suara sirine. Suara moge memang luar biasa, yang sebenanya nggak usah digeber-geber saja sudah mem BUDEG kan Yogya kota GUDEG :). Terlintas rasa kesal juga. Dan sampai rumah, buka Internet, ternyata lagi rame seru berita mas Elanto yang melakukan aksi menggunakan sepedanya untuk mencegat rombongan moge saat lampu merah.
Seru juga perdebatan di medsos antara yang mendukung mas Elanto yang melakukan pencegatan saat lampu merah, dan yang memberi alasan bahwa rombongan yang dikawal polisi berhak menerobos lampu merah….Mungkin juga aturan memungkinkan hal ini, namun dalam kondisi lalu lintas yang sangat padat, dalam kondisi udara yang sangat panas, dan jumlah rombongan moge yang sangat banyak dan panjang yang terasa mengganggu pengguna jalan lain, hal ini perlu diletakkan pada piring kepatutan, dengan memasukkan dalam gelas tepo sliro. ..ojo dumeh…ngono yo ngono ning ojo ngono.
Saya tidak tahu pasti apa yang dirasakan dan diharapkan oleh para pengendara Moge tersebut, karena saya belum pernah merasakan. Hanya dari sisi pengguna jalan lain, saya merasa terganggu dengan kehadirannya.
Terganggu? Ya, karena suaranya yang keras, paduan antara geberan suara mesin dan sirine meraung-raung memekakkan telinga di siang yang panas, karena kecepatannya tinggi di lalu lintas yang ramai, dan karena menggunakan hak orang lain saat lampu merah.
Menerobos lampu merah dan memenuhi jalan….nah ini yang langsung membuatku jadi pingin berintrospeksi diri sebagai penggemar naik sepeda di Yogya. Saya pribadi merasa tidak jarang melanggar lampu lalu lintas artinya terus berjalan meski lampu sedang merah, dan kadang berjalan memenuhi jalur jalan. Nah, ternyata polahku bersepeda ngeselin juga yaaaa..
Apa yang kurasakan ketika aku bersepeda, terutama saat rame-rame bersepeda bersama teman-teman berombongan. Aku merasa jauh lebih kuat, jauh lebih nyaman dan jauh lebih berani, dan satu lagi pingin terus bersepeda dalam satu kelompok besar.
Nah, kadang merasa berhak untuk jalan berjejer di jalur jalan, dan saya yakin itu mengganggu pengguna jalan lain. Dan lebih parahnya ketika lampu merah. Baik karena pingin terus berada dalam kelompok besar, atau menjustifikasi sendiri bahwa lampu merah itu hanya untuk kendaraan bermotor..padahal jelas tidak yaaa…., atau merasa kalaupun aku menerobos lampu merah ketika ada sela-sela jalur kosong aku tidak mengganggu….akhirnya memilih menerobos lampu merah.
Berpijak dari rasa tidak sukaku pada para pengendara moge siang tadi, aku memilih untuk berubah saat bersepeda, agar aku tidak menjadi seperti para pengendara moge yang ngeselin aku itu. Aku memilih untuk selalu …ya selalu tertib dalam pengendarai sepeda, dalam arti untuk tetap sadar menghormati pengguna jalan yang lain, termasuk salah satunya adalah mentaati peraturan lalu lintas, termasuk berhenti saat lampu merah.
Semoga aku selalu sadar dan taat.