Views: 35
Waktu menunjukkan pukul 00:50, sambil ngantuk-ngantuk saya turun dari kereta api di Staisun Tugu dan berjalan menyusuri rel menuju ke pintu Selatan Barat, pintu keluar baru. Lain dengan hari-hari biasa selalu dijemput pak Narta, tukang ojek andalan di Yogya, dini hari ini pak Narta berhalangan…jadi saya perlu mencari ojek baru.
Bagi saya yang penting dalam mencari ojek di dini hari ini adalah untuk mencari ojek yang aman, yang akan mengantar saya ke rumah.
Hanya dengan pengamatan sekilas, scan dari sekian banyak tukang ojek yang menawari jasa ojek di depan pintu keluar stasiun, saya memilih satu orang dari mereka…nggak tahu siapa namanya. Naik di boncengannnya dan jalan….
Kenehan pertama mulai dari perempatan Malioboro, kalau biasanya dengan pak Narta langsung belok kiri menyeberang rel dan menyusuri jalan Mangkubumi lurus ke Tugu lewat jalur lambat, bapak ojek baru ini lurus ke Timur ke arah Kota baru..ups…saya lihat di tangan kirinya ada gelang rantai. Mula was-was, sambil siap-siap….siap opo….embuh… :). Tapi saya masih berfikir, ooh, mungkin bapak ini tidak mau melawan arus lalu lintas yang resmi di jalan Mangkubumi, jadi lewat tepi Code.
Keanehan kedua saat melewati jembatan Kretek Kewek, eh..koq lurus ke Timur menuju stadion Kridosono, bukan belok kiri menyusuri kali Code..langsung saya bilang, ke Monjali lho pak….Eh, Monjali ya pak, saya kira ke arah Selatan. Langsung motor belok kiri, menyusuri samping gereja Kotabaru yang sunyi menuju ke tempi sungai Code. Mulai lebih was-was ini, lewat jalan yang super sepi.
Jalan yang kalau siang terasa pendek, malam itu jadi terasa lama dan panjang, sampai akhirnya tembus ke jalan Urip Sumoharjo di samping jembatan, dan langsung belok kirim menuju Tugu. Nah, saya sudah mulai ayem..dan perjalanan terus lanjut normal menuju ke rumah.
Sampai rumah, turun dari ojek dan saya bayar. Eh, tanpa dilihat berapa uang yang saya berikan, langsung saja masuk kantong, bapak tukang ojek ini berkata, “Matur nuwun, sampun diparingi rejeki”.
Mak jleb……