Views: 44
Luar biasa, senang mendengar cerita dari teman yang pagi tadi kembali dari pertemuan orang tua dan siswa serta pihak sekolah SMP Islam Terpadu (IT) Rumbai, Pekanbaru. Pada pertemuan yang difasilitasi pihak sekolah dan dihadiri oleh para guru, orang tua dan siswa yang akan melaksanakan ujian nasional minggu depan, dilakukan pencanangan UN dengan Jujur, dan ikrar bersama untuk mendukung pelaksanaan UN yang jujur dan bersih. Pihak sekolah secara gamblang menjelaskan praktek-praktek yang tidak baik yang terjadi di tempat –tempat lain dari berita-berita di media massa, yang sangat memalukan sekolah jika hal itu terjadi di sekolahnya. Dan dengan tegas pihak sekolah meminta komitmen dari seluruh anak dan orang tua yang hadir untuk benar-benar melaksanakan ujian dengan jujur. Dan orang tua serta anak sepakat, serta mendukung hal itu.
Tidak hanya berhenti pada himbauan saja, pihak sekolah juga meminta kesepakatan dari para orang tua dan anak-anak agar mulai dari hari ini sampai selesainya masa ujian, semua HP anak-anak disimpan oleh orang tua. Luar biasa. Bukan sekedar basa-basi, namun benar-benar ada tindakan nyata untuk mengusahakan ikrar UN jujur bisa terlaksana. Bayangan saya , hal ini akan lebih baik lagi, jika saat hari H nanti, di sekolah benar-benar dilaksanakan pemeriksaan HP sebelum anak-anak masuk ke sekolah untuk melaksanakan UN. Selamat untuk SMP IT. Sangat membanggakan atas langkah-langkah yang dilakukan. Selalu ada nyala lilin-lilin kecil di tengah kegelapan.
Menurut saya, di saat-saat UN seperti sekarang ini, pihak sekolah adalah salah satu pilar penting untuk menegakkan UN yang jujur, selain anak dan orang tua. Paling tidak ada tiga pilihan yang bisa diambil oleh sekolah dalam mensikapi UN ini:
- Sikap Memfasilitasi kecurangan: Sekolah secara sadar dan terencana merencanakan dan memfasilitasi kecurangan untuk pelaksanaan UN, dengan mengusahakan segala daya dan upaya, dengan cara apapun agar anak-anak bisa lulus semua, bisa mendapatkan nilai UN setinggi-tingginya. Beberapa pilihan yang ditempuh seperti berusaha mencari bocoran soal atau kunci, bekerja sama dengan guru-guru penjaga UN agar memberi keleluasaan pada anak untuk bekerja sama atau berbuat curang apapun.
- Sikap normative: Sekolah membuat slogan-slogan UN jujur, menyampaikan ke anak dan orang tua untuk mengikuti UN secara jujur, dan membiarkan semuanya mengalir apa adanya, bahkan menutup mata terhadap potensi kecurangan yang bisa terjadi. Prinsipnya yang penting sekolah sudah menyampaikan apa yang perlu disampaikan, dan kalaupun terjadi kecurangan, diluar tanggung jawabnya
- Sikap kuat untuk mewujudkan UN Jujur:Sekolah dengan sangat semangat mengkampanyekan UN Jujur, dengan mengumpulkan anak-anak dan orang tua serta guru dalam satu tempat, dan satu waktu, kemudian menyampaikan betapa memalukannya bersikap tidak jujur dalam UN, dan mengajak seluruh unsure (anak, orang tua dan sekolah), untuk berikrar mewujudkan UN yang jujur, dan menyampaikan konsekuensi yang akan diambil pihak sekolah secara keras dan tegas, jika masih ada yang bertindak curang. Dan tidak hanya berhenti pada himbauan dan ikrar, sekolah akan membuat langkah-langkah nyata, antara lain:
- Mulai hari H-3 sampai dengan sesudah UN selesai, meminta anak-anak menitipkan handphonenya kepada orang tua, bahkan kalau perlu menitipkan ke sekolah, untuk menghindari gangguan-gangguan yang tidak perlu, dimana saat ini HP menjadi salah satu saluran utama penyebaran informasi.
- Melakukan pemeriksaan ketat pada hari H di sekolah kepada setiap anak dan guru yang akan masuk ke sekolah untuk melaksanakan UN, untuk memastikan tidak ada HP atau alat bantu lain untuk berbuat kecurangan.
- Memastikan guru-guru penjaga ujian melaksanakan tugas pengawasan dengan tegas.
Memang nampaknya lebay dan curigaan, namun menurut saya di dalam situasi dan kondisi saat ini, sekolah perlu melakukan tindakan yang jelas, tegas hitam putihnya…kondisi sekarang tidak bisa ditangani dengan biasa-biasa saja. Business NOT as usual. Selamat berkarya mewujudkan generasi mendatang yang lebih baik.