Views: 41
Jum’at sore menjelang lebaran 2014, stasiun Gambir jauh lebih rame dari pada hari biasa. Memegang tiket Gajayana Lebaran yang dijadwalkan berangkat pukul 18.20, saya tiba di stasiun Gambir sekitar pukul 16:30. Mengikuti ritual seperti biasa, saya berjalan ke pintu masuk. Hari ini berbeda, antrian panjang untuk masuk ke dalam, ke ruang tunggu sampai ara pemberangkatan.
Ups…berbeda dengan hari-hari biasa yang hanya diperiksa tiket dan kartu tanda pengenal untuk masuk, sore ini saya ditolak masuk, karena jadwal KA masih lebih dari satu jam ke depan. Hanya penumpang yang akan naik kereta api satu jam ke depan yang diperkenankan masuk ke dalam. Sangat nalar, dan bisa diterima dengan baik cara pengaturan ini, untuk menghindari penuhnya penumpang di area pemberangkatan, yang berkemungkinan membahayakan penumpang sendiri.
Ok..ok..saya balik kanan, mencari tempat makan sambil menunggu jam 17:20, waktu H-60 menit sebagai batas paling cepat bisa masuk area pemberangkatan.
Sekitar jam 17:35, kembali saya berjalan menuju pintu masuk, dan di depan pintu masuk seorang petugas mengumumkan, para penumpang Gajayana Lebaran dipersilakan masuk ke ruang pemberangkatan. Sip..sip..meskipun antrean ke pintu masuk panjang, namun rapi dan tertib….
Waduh..sampai di depan, petugas yang tadi menolak saya masuk, karena belum 1 jam, kembali menolak saya, belum boleh masuk untuk kereta api ini…Lhah, saya bilang, tadi katanya 1 jam sebelumnya boleh masuk. Petugas tersebut menjawab, kereta apinya terlambat…lhah-lah..tanpa banyak kata saya menyingkir, mempertimbangkan banyaknya antrian di belakang saya yang saya asumsikan akan naik kereta api yang lebih awal dari pada kereta api saya.
Sesaat saya menyingkir, saya dengar pengumuman lagi, bahwa penumpang Gajayana Lebaran dipersilakan masuk. Wah, koq tadi saya ya lupa bilang ke petugasnya bahwa sudah diumumkan. Kesel rasanya, karena saya perlu antri lagi..lumayan panjang menuju pintu masuk.
Sampai pintu masuk, saya tidak sabar juga bilang ke petugasnya, Boleh masuk pak…? Tadi waktu bapak menolak saya, sudah diumumkan lho bahwa saya termasuk yang boleh masuk. Bapak tersebut menjawab agak gremang-gremeng kurang jelas, yang terdengar. Yang saya tangkap “Lagi Pusing harap dimaafkan….”
Sesaat di dalam ruang pemberangkatan saya merenungkan apa yang sudah saya alami:Saya marah dan kesal serta menumpahkan ke petugas KAI yang telah menolak saya dua kali. Saya merasa berhak untuk marah karena petugas tersebut telah bekarja dengan tidak cermat saat menolak saya yang ke dua, yaitu dia menolak saya dengan alasan yang tidak tepat.
Saya berhak……!
Lalu kembali saya merenung, menempatkan diriku pada diri petugas KAI yang tadi menolak saya. Saya mengingat lagi sosok petugas KAI tadi, saya perhatikan dan saya merasakan petugas tadi bukan seorang pegawai KAI yang biasa bertugas di lapangan, dari sosoknya kemungkinan dia adalah pegawai KAI yang biasa bekerja di kantor dan saat lebaran ini diperbantukan di lapangan. Bapak petugas ini terus berdiri di depan pintu masuk, memeriksa beratus orang dengan beragam tiket kereta api dengan jadwal pemberangkatan yang beraneka jam. Dan kemungkinan capek, pusing, bingung, lupa sangat besar…..Dia telah bekerja keras mengatur penumpang agar lancar dan nyaman, dan aku telah memerahinya karena kesalahan kecil yang dilakukannya…sangat kecil kesalahannya kepada satu orang aku saja, dibanding beratus orang yang telah diaturnya dengan baik untuk keamanan dan kenyamanan bersama.
Aku malu sendiri….aku ternyata egois, merasa harus dilayani dengan baik,dan marah ketika mendapatkan perlayanan yang sebenarnya terlalu kecil kekeliruannya……
Ayo Adi, terus belajar untuk bersikap sabar dan rendah hati.