Views: 38
Abu kiriman dari gunung Kelud saat meletus memang luar biasa dampaknya bagi kota Yogyakarta. Jum’at pagi saat saya masih di Jakarta, mendapat kabar dari anak-anak dan istri di Yogya, yang menceritakan derasnya hujan abu, kemudian suasana jalanan yang gelap, dan kotornya rumah. Sabtu dini hari saat saya tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta, suasana sangat berbeda dibanding hari-hari sebelumnya saat saya tiba di stasiun yang sama. Semua orang di stasiun menggunakan masker, halaman depan lobby stasiun tugu tebal diselimuti abu, jumlah taxi terbatas. Dan kemudian saat saya berjalan ke arah Utara menyusuri Jalan Mangkubumi, Tugu, kemudian jalan AM Sangaji, suasana lebih men trenyuh kan lagi, jalanan, terutama trotoar di kanan dan kiri jalan sangat kotor, “pating bethethek” dan sepi. Hanya sekitar Tugu yang sudah bersih disiram air dan sudah ada beberapa orang yang duduk-duduk berfoto.
Sabtu pagi, ketika matahari telah terbit, dan pandangan sudah terang, dari lantai atas rumah, saya melihat ke sekeliling…luar biasa, seluruh atap rumah dan daun-daun diselimuti warna abu putih, merata kotornya….jalanan tebal di tumpuki abu, kumuh seperti kota yang baru kejatuhan bom abu. Dan di facebook, lebih seru lagi melihat foto-foto timbunan abu di pelosok kota yang dibagikan teman-teman , termasuk juga tentunya …. Airport ditutup….
Abu kiriman dari gunung Kelud memang luar biasa. Sangat merubah wajah Yogya yang biasanya rapi, segar menyenangkan.
Namun dalam waktu dua hari, sampai Minggu malam saat saya melewati jalan yang sama ke arah stasiun Tugu, saya merasakan ada energi positif yang sangat besar dari Yogya untuk mengembalikan kembali wajah Yogya. Saya merasakan suasana yang sangat berbeda dengan suasana saat datang Sabtu dini hari. Ada rasa dan aura yang membanggakan. Saya merasakan dasyatnya semangat gotong royong warga Yogyakarta dalam mensikapi abu kiriman dari gunung Kelud. Dalam hitungan jam, melalui SK Gubernur Nomor 27/KEP/2014 Sultan HB X memutuskan status tanggap darurat berlaku mulai hari ini Jumat (14/2/2014) hingga 20 Februari 2014. Di rumah sudah datang surat edaran dari pengurus paguyuban perumahan yang memberikan petunjuk tindakan yang perlu dilakukan dan ajakan bergotong royong membersihkan lingkungan. Dan banyak lagi instansi-instansi, kumpulan-kumpulan yang mengeluarkan instruksi untuk mensikapi hujan abu di Yogya ini. SK Gubernur DIY seperti pemantik pusat magma Yogya, yang berefek positif menghidupkan setiap jiwa warga untuk bangun bertindak menanggulangi dampak abu vulkanik gunung Kelud.
Dan sepanjang hari Sabtu dan Minggu, dimana-mana di seluruh penjuru Yogyakarta, saya melihat warga, tua muda, laki-laki perempuan, bergotong royong membersihkan lingkungan, dengan menyiram-nyiram tanaman di rumahnya agar bersih dari abu, menyerok-nyerok, mengumpulkan abu yang bertebaran di jalan, dimasukkan dalam kantung-kantung plastik atau karung yang tersedia, dengan peralatan yang dimilikinya.
Di boulevard UGM, saya lihat mobil dinas pemadam kebakaran Sleman membersihkan jalanan di UGM. Dan rektorat UGM sudah mengeluarkan pengumuman untuk seluruh karyawan dan mahasiswa untuk melakukan “bersih kampus”.
Di Rumah Sakit Panti Rapih, di lapangan parkir lebih dari sepuluh orang laki-laki menyemprot pohon-pohon besar yang merindangi lapangan parkir dengan semburan air yang cukup keras, dan membersihkan halaman parkir. Masuk ke dalam rumah sakit, lebih banyak lagi kelompok-kelompok yang membersihkan lorong-lorong taman dan lorong-lorong rumah sakit.
Di gereja kota baru, sesaat sebelum mengakhiri misa Minggu pagi, romo menyampaikan selamat bersih-bersih abu, dan mengingatkan untuk melihat ke sekeliling tempat tinggal, untuk melihat jika ada orang tua yang tidak mampu membersihkan tempat tinggalnya, yang mungkin perlu bantuan kita.
Minggu malam saat perjalanan saya menuju stasiun Tugu untuk kembali ke Jakarta, di sepanjang jalan, terlihat tumpukan-tumpukan karung (ada yang bertuliskan Dinas PU). Karung-karung berisi abu hasil bersih-bersih warga. Dan di beberapa tempat, dengan diterangi lampu seadanya, diujung-ujung gang, masih terlihat warga yang meneruskan gotong royongnya untuk membersihkan abu.
Kuat kurasakan aura positif setiap penghuni Yogya untuk berbuat, untuk bertindak, bersih-bersih kota. Melakukan apa yang bisa dilakukan, dengan alat yang dimiiki untuk mengembalikan kecantikan kota. Sepanjang yang saya tahu, tidak satupun kudapati ada warga yang tutup-tutup jalan, apalagi meminta-minta sumbangan….Tidak ada!
Senin pagi, hanya tiga hari setelah Abu mengguyur Yogya, di facebook sudah bermunculan foto-foto yang menunjukkan Yogya sudah bersih dan cerah kembali di banyak titik.
Abu kiriman gunung Kelud di Yogyakarta memang dasyat, namun lebih dasyat lagi semangat Yogya dalam mensikapinya.