Views: 25
Waktu menunjukkan pukul enam pagi lebih sedikit, kubuka gordyn jendela kamarku, kutatap keluar ke arah pohon-pohon di halaman belakang rumahku. Semua daun masih lebat hijau, dan semuanya diam, sangat hening tanpa gerak sedikitpun. Daun-daun seperti berhenti bernafas agar tidak menghirup udara yang pekat penuh asap. Suasana pagi benar-benar mencekam. Burung-burung yang biasanya sudah ramai bericicit cuitpun, pagi ini senyap bersembunyi entah kemana. Atau mungkin mereka sakit tenggorokan karena mereka terus menghisap udara asap tanpa bisa berlindung seperti aku di dalam rumah dengan AC yang sedikit mengurangi ketidaknyamanan akibat asap. Kemana mereka berobat?
Asap di Riau adalah asap akibat pembakaran lahan/hutan, yang berbau sangit akibat partikel-partikel abu kecil yang terbawa, yang bagi banyak orang mengakibatkan gangguan-gangguan saluran pernafasan, seperti tenggorokan nyeri, batuk , bersih-bersin dan pilek.
Gangguan asap ini sudah berjalan puluhan tahun, bahkan di tahun 1997, terjadi gangguan asap yang sangat luar biasa, yang menyebabkan banyak warga, keluarga pegawai di tempat kami bekerja perlu dievakuasi ke luar untuk menghindari akibat buruk, terutama bagi anak-anak dan ibu-ibu yang sedang hamil.
Memang membuka lahan pertanian/perkebunan dengan cara membakar adalah solusi yang sangat murah dan sangat praktis dibandingkan dengan pembersihan lahan dengan menggunakan cara lain, baik cara manual dengan tenaga manusia maupun cara modern dengan alat-alat berat. Sangat mudah dan murah dengan cara dibakar…Namun mereka para pemilik lahan dan para pengelolanya lupa, bahwa kemudahan yang mereka dapatkan, serta kemurahan yang mereka rasakan telah membebani lebih banyak orang lagi, dan sebagian besar tidak berkepentingan dengan biaya yang jauh lebih mahal.
Semoga pihak-pihak yang berwenang bisa mengatasi hal seperti ini di tahun mendatang dengan menerapkan peraturan secara tegas dan hukuman yang keras bagi pembakar hutan. Semoga bisa menyelesaikan dengan baik.