Views: 49
Fokus pada apa yang bisa kita perbuat, dan bukan pada apa yang terjadi dan bisa menimpa kita adalah tempat dimana seharusnya seluruh energi yang kita miliki kita arahkan. Mengenai Ujian Nasional, begitu banyak berita, kabar entah benar, entah tidak mengenai kebocoran, pembelian kunci jawaban, dan lain sebagainya bergentayangan merusak fokus.
Bagi orang tua, kita memilikiĀ beberapa pilihan sikap:
1. Mendukung anak kita untuk bisa mendapatkan bocoran, agar anak kita bisa lulus dengan nilai sebaik-baiknya dan semudah-mudahnya.
Sejak awal, kita perlu sampaikan ke anak kita, bahwa mendapatkan bocoran jawaban atau mencari bocoran soal ujian di dunia kita saat ini adalah lumrah, dan itu hal yang sangat biasa. Kita minta anak kita untuk mencari teman, mencari sumber informasi, dimana bisa mendapatkan bocoran yang paling akurat, dan sampaikan bahwa untuk bayar berapapun kita akan sediakan ke anak kita.
2. Menjadi orang tua yang so-so, biasa-biasa saja
Saat anak akan ujian, kita tanya anak kita, tentang ada tidaknya bocoran di sekolah..Dan apapun jawaban anak,kita terima saja sebagai kebenaran. Bahkan ketika orang tua mendapatkan informasi-informasi bahwa di luaran sedang terjadi kebocoran soal, dan kemungkinan anak kita mendapatkan bocoran, kita tetap saja tak perlu beraksi apapun, yang penting orang tua sudah bertanya, dan anak menjawab tidak melakukan apapun yang tidak baik.
3. Menjaga anak kita agar sama sekali tidak terganggu, dan tidakĀ mendapatkan bocoran.
Sejak dini, kita terus menerus perlu berdiskusi dengan anak kita, berdialog tentang nilai-nilai kejujuran dan keadilan. Bersama-sama mendefinisikan makna hidup baik, dan menanamkan sikap bahwa ujian adalah menguji kemampuan diri sendiri berdasarkan hasil usaha, hasil belajar yang telah dilakukan. Melakukan ujian dengan jujur, dan baik tanpa peduli dengan bocoran adalah sikap yang lebih utama dibanding dengan mendapatkan nilai ujian yang tinggi, namun dari hasil bocoran.
Komunikasi terbuka terus menerus dengan anak, untuk terus meyakinkan anak, bahwa kita sebagai orang tua selalu menjaganya, menjadi orang tua yang bisa dipercaya anak akan menolong, dan terus mengasah kepekaan akan nilai-nilai kebenaran, sangat perlu intensif dilakukan. Dan meyakinkan ke anak bahwa kita tetap akan sayang kepada anak kita, berapapun nilai yang diraih, asal dilakukan dengan jujur.
Dan kita akan bangga, saat anak memilih untuk bisa terbuka pada kita, bahkan ketika anak terlanjur berbuat kesalahan, anak akan merasa risih akan kesalahan yang telah diperbuatnya, dan dengan sedikit saja kita berkomunikasi, anak akan menyampaikan kesalahan yang telah diperbuatnya, dan kita sebagai orang tua dan anak bisa bekerja sama, untuk memperbaiki kesalahan tersebut sesuai nilai-nilai yang kita yakini bersama.
Di saat-saat hari H ujian, anak dan orang tua sepakat untuk sementara menyimpan HP/Blackberry anak di tangan orang tua, hal ini sangat berguna untuk menutup salah satu celah peluang penyebaran bocoran/kunci jawaban/informasi melalui HP/blackberry. Dan terus mengingatkan anak untuk fokus ujian, dan menjaga diri, menjaga hati untuk terus bertindak jujur, tanpa perlu harus peduli dengan teman-teman di sekitarnya, bahkan teman terbaiknya, teman akrabnya yang memilih cara lain, yang tidak sesuai dengan nilai-nilainya.
Silakan para orang tua bisa memilih, yang mana suka, masing-masing akan memiliki pertimbangan sendiri-sendiri yang masak sesuai nilai-nilai yang dianut.
Selamat memilih dan belajar memaknai hidup.
thanks Mas… aku setuju Mas… intinya harus ada action dari kita demi negara tercinta. masalahnya selama ini kita hanya membaca keluhan dan keluhan… menyalahkan situasi yang sekarang ini terjadi tanpa ada solusi untuk bisa keluar dari situasi tersebut paling tidak untuk sekelompok masyarakat kecil/terdekat ( karena memang sangat susah untuk mengayomi masyarakat banyak). keluarga adalah faktor utama. sumbang saran 1 lagi bahwa kalau saya tidak pernah bertumpu pada nilai anak… jadi pertanyaan yang pertama kali diajukan adalah bukan dapat nilai berapa…tapi apakah mengerti akan pelajaran sekolah dan tujuan sekolah bukan untuk mendapatkan juara pertama. karena bisa mengontrol diri untuk tetap dijalurnya itu adalah sebenarnya sang Juara.