Views: 57
Empat ratus km berada di atas bus, empat puluh km bergaya di atas sepeda dalam waktu 40 jam pengalaman mengesankan Rumbai-Payakumbuh, 16 dan 17 Maret 2012. Kami ber 16 orang, berangkat dari Rumbai sekitar jam 17:30, Jum’at sore dan tiba kembali di Rumbai Sabtu malam sekitar jam 22:30.
Pengalaman bersepeda dengan pemandangan yang beragam,mulai dari jalan perkampungan dengan pemandangan rumah-rumah adat, persawahan dengan kerbaunya, padang rumput, hutan pinus, naik puncak bukit, menuruni bukit di lerang yang tajam, menyeberang sungai serta menikmati nasi kapau di persawahan.
Perjalanan berangkat di hari Jum’at diawali dengan perjalanan mobil pick-up pengangkut sepeda yang dibawa oleh pak Guru dan mas Hendra, berangkat sekitar jam 16:00, dan rombongan bus berangkat sekitar jam 17:45 dari rencana semula jam 17:00. Makan malam di Muara Basung, menikmati soto Minang panas nikmat, dan kami masuk hotel Mangkuto Payakumbuh jam 00:30, langsung lelap tidur.
Sangat menyenangkan pengalaman kali ini. Dengan medan yang tidak bisa dikatakan pas untuk pemula, karena banyak track-track licin dan berbahaya di pinggir-pinggir tebing, namun tetap menjadi pengalaman yang aman, karena kami masing-masing punya ukuran keselamatan untuk tidak memaksakan diri, dan dengan senang hati menuntun sepeda.
Banyak sekali track-track kali ini yang kami lalui dengan menuntun, baik karena memang tidak kuat menggenjot karena jalannya tajam mendaki bukit, saat di tepian-tepian tebing yang berbatasan dengan ladang-ladang yang jauh di bawah, di pematang sawah, menyeberang sungai, ataupun saat jalan turun dan licin. Kami memilih menuntun..do it safely or not at all. Utamakan selamat.
Perjalanan kami bersepeda
Sebelum jam 6 pagi, kami sudah bangun, menurunkan dan mempersiapkan sepeda kami, lanjut sarapan nasi goreng. Sebelum perjalanan, diawali dengan senam pagi dan doa yang dipimpin mas Harry Dewantoro, dan sekitar jam 07:30 berangkat dari Hotel Mangkuto menuju arah kota Payakumbuh. Di depan es Tebak Pak Bahar, kami sudah ditunggu Pak Us, track master kami dari Payakumbuh, dan perjalanan dilanjutkan ke arah kota Payakumbuh (ke arah Bukittinggi), sebelum belok ke kanan menyusuri jalan-jalan perkampungan dan pematang sawah.
Tantangan pertama adalah mendaki menuju hutan pinus, dan menikmati suasana eksostik di dalam hutan pinus, dengan batang-batang pohon yang tinggi-tinggi, dengan sinar matahari yang malu-malu menyelinap di antara rapatnya batang-batang pinus yang gagah perkasa, seperti berpuluh-puluh kaki egrang yang bermain bersama. Luar biasa.
Menyelinap keluar dari hutan pinus, kami berada di satu padang luas, dan seperti biasa beristirahat, berfoto, bergaya. Pak Us kembali memberi tantangan, mengajak kami naik ke satu bukit yang tinggi di depan kami, namanya Bukit Padang Langang. Perjalanan dilanjutkan dengan menuntun sepeda, tapak demi tapak…melangkah dua tiga langkah sambil menuntun sepeda, lalu tahan rem sepeda, dan kaki melangkah mengejar sepeda yang diam menunggu dua langkah di depan, demikian seturusnya, sampai kami tiba di punjak tertinggi bukit Padang Langang. Kiri-kanan sepanjang mata memandang hijau dengan pohon-pohon dan bukit-bukit lain jauh membentang…Indah, nikmat mengagumi ciptaan Tuhan. Dan kembali, aneka nggaya, saling foto terjadi seru…
Perjalanan berlanjut menuruni bukit, kembali kami menuntun sepeda. Menuntun bukan karena kami tidak kuat mengayuh, tetapi menuntun karena tajam dan licinnya jalan turun, serta sempitnya jalur di tepian tebing, dan ladang/jurang yang dalam menganga di sisi kami. Perjalanan menuntun sepedapun perlu fokus dilakukan, menghindari terperosok yang tidak perlu. Setelah turunan yang panjang, akhirnya kami tiba di jembatan bambu yang unik, dan kami menyeberang satu persatu dengan ngeri-ngeri sedap, goyang-goyang.
Perjalanan berlanjut melalui jalanaan aspal, dan sebagai tambahan perjalanan dibelokkan kembali melalui jalan off road, menyeberangi sawah yang luas, satu-satu beriringan, menyeberang sungai yang cukup dalam, dan perlu lepas sepatu. Pengalaman menyeberang sungai membawa sepeda sangat unik. Arus cukup deras, sehingga lumayan berat menahan diri sendiri dan beban sepeda di atas batu-batu kali yang licin. Dan paling menguras tenaga saat naik dari sungai ke tebing sungai…pol capeknya, fisik dan mental… :).
Segera sesudah kembali memakai sepatu yang dilepas saat menyeberang sungai, tanjakan tajam dan panjang sudah menanti di depan. Beruntung, nasi untuk makan siang sudah tersedia di satu jembatan di pinggir jalan. Nasi bungkus dengan ayam lado hijau dan dendeng, sangat lezat dinikmati bersama di pinggir sawah. Dan menjadi sumber tenaga yang memadai untuk menyelesaikan tahapan gowes ini, sekitar 15 km lagi, yang dominan melalui jalan aspal, termasuk jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh.
Pengalaman yang sangat menarik, dan terima kasih untuk Pak Us, Pak Arnel dan ibu, Pak Sony dan teman-teman dari Payakumbuh yang sangat setia menemani kami. Sampai jumpa di acara gowes berikutnya.
Dokumentai kegiatan ini bisa dilihat di:
Foto-foto:
- Foto-fotoku di Facebook
- Foto-foto dari Bang Ero di facebook
- Foto-foto mas Harry Dewatoro di facebook
- Foto-foto mas Rosyid di facebook
- Foto-foto mas Hendra di Facebook
- Foto-foto Mas Arnel di Facebook
Video:
- Turun dari bukit sebuah thriller
- Padang Langang
- Sepedaan di Payakumbuh
- Payakumbuh yang Indah
- Naik Turun di Payakumbuh
- Kisah sepedaan di Payakumbuh 17 Maret 2012
Track:
ayooo keluar pulau kayak gank klo hihihi, bikin kaos …aku dapat yaaaa mas
belum berani keluar pulau… 🙂
Bagus juga yaaaa..bikin kaos seragam….usul yang bagus, akan ditindak lanjuti… 🙂